Ahad 21 May 2023 12:35 WIB

AHY Miris: Utang Kita Bertambah Rp 5.000 Triliun dari Delapan Tahun Lalu

Ketum AHY miris utang Indonesia bertambah Rp 5.000 triliun dari delapan tahun lalu.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) usai memberikan sambutan dalam peringatan Milad Ke-21 PKS. Ketum AHY miris utang Indonesia bertambah Rp 5.000 triliun dari delapan tahun lalu.
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) usai memberikan sambutan dalam peringatan Milad Ke-21 PKS. Ketum AHY miris utang Indonesia bertambah Rp 5.000 triliun dari delapan tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan, perubahan dan perbaikan menjadi hal utama yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan dengan mendukung Anies Rasyid Baswedan di Pemilihan Presiden (Pilpres) mendatang. Hal ini menurut AHY, karena aspirasi masyarakat yang mengeluhkan masalah ekonomi maupun kesejahteraan tak kunjungan membaik.

AHY memaparkan aspirasi yang diterima Partai Demokrat di berbagai tempat, rakyat banyak mengeluhkan anggaran negara yang digelontorkan untuk pembangunan proyek-proyek mercusuar yang justru tidak dirasakan langsung oleh masyarakat kecil. Hal ini ditambah utang Indonesia terus membengkak lebih dari Rp 7.800 triliun.

Baca Juga

"Bertambah lebih dari Rp 5.000 triliun sejak delapan tahun yang lalu. Jauh di atas keamanan fiskal negara kita," ujar AHY dikutip dari siaran pers yang dirilis Ahad (21/5/2023) saat hadir di acara puncak Milad Ke-21 PKS di Istora Senayan, Jakarta, kemarin.

Karena itu, mengutip pernyataan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla, AHY menilai presiden terpilih mendatang akan dibebankan utang menumpuk.

"Para tokoh nasional, termasuk Pak Jusuf Kalla, mengingatkan siapapun presiden ke depan, siapapun yang akan memerintah ke depan, akan terbebani dengan utang yang sangat berat. Jadi, Mas Anies Baswedan, ini merupakan tantangan terbesar nanti. Jika Insya Allah tuhan menakdirkan Mas Anies menjadi Presiden Republik Indonesia,” kata AHY.

Selain itu, kata AHY, persoalan yang harus diselesaikan adalah masalah ekonomi dan kesejahteraan. Hal ini karena harga-harga bahan pokok saat ini terus mengalami kenaikan, pupuk langka dan mahal, sedangkan penghasilan tidak membaik, dan daya beli turun.

“Kita tahu, bahwa kesejahteraan ASN, TNI-Polri juga stagnan, tidak ke mana-mana. Lapangan pekerjaan sulit, banyak yang sudah lulus kuliah, tapi tidak mendapatkan pekerjaan," katanya.

Begitu juga dari segi penegakan hukum, menurut AHY, banyak yang merasakan praktik penegakan hukum yang seolah tajam ke bawah tumpul ke atas, tajam ke lawan tumpul ke kawan. Termasuk kualitas demokrasi mengalami kemunduran.

Untuk itu, kata AHY, agenda perubahan dan perbaikan di bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat, penegakan hukum dan keadilan, serta di demokrasi dan kebebasan sipil inilah yang menyatukan Demokrat, PKS dan NasDem dalam koalisi.

"Bekal ini yang semakin menguatkan kebersamaan kita, bersama-sama partai NasDem. Demokrat dan PKS beberapa saat yang lalu, kita telah mengusung Mas Anies Rasyid Baswedan sebagai bakal calon presiden. Insya Allah, Mas Anies dan kita semua bisa benar-benar menghadirkan harapan baru. Harapan bagi rakyat untuk mewujudkan perubahan dan perbaikan di negeri kita ini,” kata AHY.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement