REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pimpinan Pusat 'Aisyiyah memperingati Milad ke-106 di Amphitarium, Universitas Ahmad Dahlan Kampus 4, Yogyakarta, Jumat (19/5/2023). Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah, dalam pidatonya menyampaikan bahwa bangsa Indonesia saat ini tengah disibukkan dengan persiapan Pemilu 2024.
" 'Aisyiyah turut mendukung terciptanya Pemilihan Umum yang berkeadaban menuju demokrasi substantif. Dalam kehidupan politik kebangsaan, ‘Aisyiyah mengembangkan sikap kebangsaan yang berpijak pada kejujuran, keadilan, kebenaran, tanggung jawab, kedamaian, dan akhlak mulia untuk membawa Indonesia berkemajuan," kata Salmah dalam keterangan tertulisnya, Jumat (19/5/2023).
Di tengah persiapan Pemilu 2024, ia berharap Pemilu 2024 nanti akan mengedepankan keadaban, etika atau akhlak bagi penyelenggara, masyarakat pemilih, elite partai politik, elite pemerintahan, maupun pihak-pihak lain yang terlibat dalam pemilu. PP 'Aisyiyah juga berharap Pemilu 2024 menjadi ajang rekonsiliasi nasional dan mencegah terjadinya pembelahan politik yang potensial merusak integrasi bangsa.
"Pemimpin yang terpilih semoga sesuai dengan kompentensi dan mempunyai keberpihakan pada masyarakat," ujarnya.
Selain itu, Salmah juga mengungkapkan pentingnya tingkat partisipasi perempuan baik secara kuantitas maupun kualitas untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis. Keterlibatan perempuan dalam pesta demokrasi bukan saja dalam partai politik maupun menjadi calon legislatif dan eksekutif, tetapi juga sebagai penyelenggara dan pemantau pemilu.
Namun demikian ia menyayangkan masih minimnya representasi perempuan di berbagai lembaga dan tingkatan. Padahal, cara pandang yang holistik dan responsif gender akan berpengaruh dalam melihat dan menyelesaikan berbagai permasalahan publik.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga turut hadir dalam acara tersebut. Dalam sambutannya Bintang mengungkapkan sejarah kepemimpinan perempuan di Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka yang telah tampil membela tanah air dan memajukan kehidupan bangsa, termasuk kepemimpinan Siti Walidah sebagai tokoh awal ‘Aisyiyah. Bintang menambahkan, sayangnya budaya patriarki telah membuat kiprah perempuan tidak tercatat. Bintang juga mengakui peran strategis ulama perempuan termasuk ‘Aisyiyah yang pandangannya telah mengangkat derajat perempuan dan berkarya mengabdi untuk menjawab persoalan bangsa.
Soal keterlibatan perempuan dalam politik, menurut Bintang, perempuan mempunyai kebutuhan dan aspirasi yang berbeda, sehingga keterwakilan perempuan sangatlah penting untuk menghasilkan perubahan dalam proses politik yang demokratis. Melalui keterwakilan perempuan, harapannya, akan terwujud kebijakan publik yang memberikan keadilan bagi semua.
"’Aisyiyah merupakan kanal kepemimpinan perempuan yang besar, sehingga bisa memperjuangkan perubahan untuk meningkatkan kualitas kehidupan perempuan dan anak," ujarnya.