REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan keyakinannya bahwa rakyat Turki akan menunjukkan demokrasi yang kuat dalam pemilu putaran kedua pada 28 Mei mendatang. Dalam wawancara dengan CNN International, Erdogan menegaskan kembali kepercayaannya pada rakyat Turki dan menekankan pentingnya jumlah pemilih yang tinggi.
Erdogan berharap masyarakat tidak kecewa. Dia menekankan bahwa Aliansi Rakyat akan memasuki parlemen dengan 322 wakil. Erdogan juga meyakini bahwa dirinya akan menang dalam pemilu Turki putaran kedua.
Aliansi Rakyat yang dipimpin Erdogan memenangkan mayoritas suara di parlemen. Sementara dalam pemilu putaran pertama yang digelar pada 14 Mei, tidak ada kandidat presiden yang memenangkan suara mayoritas. Oleh karena itu, pemilihan presiden putaran kedua dilangsungkan pada 28 Mei.
Erdogan akan menghadapi Kemal Kilicdaroglu, yang merupakan pemimpin oposisi enam partai Aliansi Bangsa. Dalam sebuah pidato kampanye, Kilicdaroglu menyerukan deportasi massal pengungsi Suriah di Turki. Erdogan tidak setuju dengan tindakan tersebut.
"Saya dapat mengatakan bahwa LSM Turki sekarang melakukan pekerjaan serius dalam hal rekonstruksi di Suriah utara. Mereka sedang membangun rumah. Rumah-rumah ini dibangun agar warga Suriah di Turki dapat kembali ke tanah air mereka,” kata Erdogan, dilaporkan Anadolu Agency, Jumat (19/5/2023).
“Sekarang kami mengambil langkah lain. Bahkan, kami juga telah menyiapkan beberapa proyek terkait pembangunan perumahan di Suriah untuk kepulangan hampir 1 juta pengungsi ke tanah mereka. Ini adalah proyek yang cukup keren. Bersama dengan proyek-proyek ini, kami akan memastikan para pengungsi Suriah kembali ke negara mereka sendiri, ke tanah mereka sendiri,” tambah Erdogan.
Menanggapi pertanyaan, apakah Turki akan memulihkan hubungan dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad, Erdogan mengatakan bahwa dia berhubungan baik dengan Assad. Namun karena beberapa perkembangan, hubungan Turki dan Suriah terputus. Namun Erdogan tidak menutupi kemungkinan, Turki dan Suriah akan kembali menjalin hubungan diplomatik yang ditengahi oleh Rusia.
“(Melalui) persahabatan saya dengan Presiden (Vladimir) Putin, kami pikir kami dapat membuka pintu, khususnya dalam perang melawan terorisme di bagian utara Suriah, yang membutuhkan kerja sama dan solidaritas yang erat. Jika kita bisa melakukan itu, saya pikir tidak ada hambatan yang akan menghalangi rekonsiliasi kita,” ujar Erdogan.
Ketika ditanya tentang permintaan Assad pada Turki untuk menarik militernya dari Suriah untuk sebuah pertemuan, Erdogan mengatakan, Turki memiliki lebih dari 900 kilometer perbatasan dengan Suriah, dan ada ancaman teror konstan dari perbatasan tersebut. Erdogan mengatakan, Turki tidak akan mundur dari Suriah karena ancaman teror berlanjut.
"Satu-satunya alasan kami memiliki kehadiran militer di perbatasan adalah untuk memerangi terorisme. Itulah satu-satunya alasan," kata Erdogan.