REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analisis DCFX Lukman Leong memperkirakan, pergerakan rupiah pada Senin ini berkisar antara Rp 14.850 per dolar AS hingga Rp 14.950 per dolar AS.
"Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS setelah pernyataan dari the Fed Jerome Powell (Ketua The Fed) yang bernada dovish. Namun, penguatan akan terbatas, dengan investor masih menantikan penyelesaian masalah debt-ceiling," kata Lukman di Jakarta, Senin (22/5/2023).
Pada Senin pagi, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menguat 0,09 persen atau 14 poin ke posisi Rp 14.916 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.930 per dolar AS.
Menurut Lukman, sangat penting untuk mengetahui apakah debt-ceiling akan dinaikkan atau tidak dinaikkan. Apabila tidak dinaikkan, maka akan pemerintah AS akan mengalami gagal bayar utang (default).
Lebih lanjut, implikasi dan skenario dari debt ceiling disebut sangat banyak. Antara lain default, pemangkasan belanja, dan menaikkan pagu. "Efek ke dolar juga akan beda-beda, sehingga investor cenderung wait and see," ujar Lukman.
Dalam kesempatan lain, Analis ICDX Revandra Aritama menyampaikan bagaimana AS menghadapi situasi utang berpeluang menjadi penggerak utama dalam pergerakan mata uang dolar AS.
Di dalam negeri Indonesia, kondisi data ekonomi dinyatakan relatif baik. Data inflasi, neraca perdagangan, dan program untuk menyimpan dolar sudah dijalankan kendati kondisi AS berpengaruh besar terhadap dolar AS.
"Namun, dengan kondisi Indonesia yang baik, peluang untuk rupiah lanjut menguat pascakondisi utang AS juga terbuka," ujar dia pada Jumat (19/5/2023).