REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Eva Rianti
Selama 70 tahun, Toko Gunung Agung hadir memberi asupan bacaan di tengah masyarakat. Bukan hal yang singkat, toko yang berawal dari kios sederhana besutan Tjio Wie Tay 'Haji Masagung' ini tentu menjadi kenangan bagi sejumlah orang, terutama para pencinta buku. Hal itu menyusul kabar akan ditutup secara permanen pada tahun ini.
Republika.co.id menyambangi salah satu Toko Gunung Agung yang berlokasi di Jalan Kwitang Nomor 38, Kelurahan Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, pada Senin (22/5/2023). Suasana toko buku tersebut cenderung tidak ramai. Selama sekitar satu jam, pengunjung yang bertandang ke toko tersebut bisa dihitung jari.
Toko Gunung Agung di lokasi tersebut memiliki tiga lantai untuk menjajakan produknya. Di setiap ujung eskalatornya, baik antara lantai satu dan dua maupun lantai dua dan tiga terdapat pajangan kaligrafi berbahasa Arab yang menghiasi ruangan.
Beberapa karyawan toko tampak menata produk, menjaga kasir, serta membantu pengunjung mencari produk yang dibutuhkan. Suara alunan musik notabene bergenre pop mendengung di setiap lantai.
Lantai tiga merupakan lantai yang paling banyak menyajikan beragam jenis buku, mulai dari kamus, novel, sejarah, hukum, buku impor, hingga buku sekolah. Tampak beberapa buku lawas turut dijajakan di toko tersebut, misalnya, buku Pendekar Budiman karya Kho Ping Hoo yang memenuhi satu deretan rak buku.
Tak hanya itu, ada rak panjang dan tinggi yang menyediakan beragam jenis buku agama Islam, mulai dari ilmu hadis, tafsir Alquran, hingga kitab kajian. Adapun, di bagian utara terdapat beragam koleksi kaligrafi bahasa Arab yang dijual dengan harga rerata jutaan rupiah.
Dari lantai tiga, suasana untuk membaca buku terasa syahdu, dengan situasi yang tenang dan disuguhi pemandangan jalanan Kwitang yang hilir mudik dilalui kendaraan. Turun ke lantai dua, terdapat satu sisi dijajakannya sejumlah buku promo dengan potongan harga hingga 50 persen.
Di lantai tersebut terhampar beragam peralatan alat tulis hingga alat lukis. Namun, terlihat ada sekitar lebih dari lima rak yang terlihat kosong, tak ada produk yang ditampilkan. Sementara itu, pada lantai satu terlihat berbagai produk premium peralatan alat tulis, brankas, hingga perlengkapan traveling, seperti koper dan tas.
Di lantai yang sama terdapat layanan jasa penukaran uang atau money changer di sisi belakang yang agak menjorok ke atas. Di depan Toko Gunung Agung, persis di dekat pintu masuk dan keluar, terlihat ada plakat peresmian toko tersebut yang diresmikan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Bidang Ekonomi dan Perdagangan, Ir Herbowo, pada 3 Juni 1988.
Salah satu pengunjung Toko Gunung Agung, Nawa, mengaku cukup sedih atas kabar akan ditutupnya Toko Gunung Agung. Perempuan yang berstatus mahasiswa tersebut sesekali masih menyempatkan waktu untuk ke toko tersebut untuk membeli buku dan perlengkapan alat tulis.
"Sedih sih, beberapa kali suka mampir lihat koleksi buku dan novel. Suka juga lihat stationery kuliah," kata Nawa kepada Republika.co.id. Dengan adanya kabar akan ditutupnya toko tersebut, Nawa mengaku akan mengenang toko tersebut dan menikmati momen nostalgia.
Susilo, laki-laki paruh baya yang kerap menemani anaknya ke Toko Gunung Agung, juga mengaku menyayangkan akan ditutupnya toko buku tersebut. Dia mengaku kerap ke Toko Gunung Agung setidaknya satu kali dalam sebulan.
Menurut pengamatannya, memang suasana Toko Gunung Agung belakangan ini cenderung sepi. "Ya kayak gini (sepi)," ujarnya sambil menunjukkan kondisi sekitar.
Menurut pengamatannya, kondisi itu karena memang terjadi pergeseran minat masyarakat untuk ke toko buku offline. Di samping itu, juga ragam koleksi buku dan harga yang terus bersaing. Terlebih, terpukul pada masa pandemi Covid-19 yang berlangsung sekitar dua tahun belakangan.
"Selain sempat karena Covid-19, mungkin karena koleksi yang kurang atau harga buku yang lebih tinggi ya. Kalau saya lihat, dunia perbukuan memang sudah kurang diminati. Orang juga sudah pakai gadget untuk membaca," kata Susilo.
Kabar akan ditutupnya Toko Gunung Agung disampaikan manajemen PT GRA Tiga Belas atau Toko Buku Gunung Agung, yang menjelaskan seluruh outlet tersisa akan ditutup pada 2023. Penutupan toko atau outlet sudah mulai dilakukan pada 2013, kemudian memuncak pada 2020 karena pandemi Covid-19. Kabar tersebut menjadi trending topic di lini masa Twitter pada Ahad (21/5/2023).