REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah terus mendorong migrasi penggunaan kendaraan bertenaga listrik sebagai upaya menuju net zero emission atau NZE mulai 2060. Berbagai insentif hingga subsidi pun disiapkan agar masyarakat mau beralih. Lantas, bagaimana nasib bisnis Pertamina sebagai penyuplai bahan bakar minyak (BBM) ke depan?
Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), Fadli Rahman, menuturkan, penggunaan kendaraan listrik ke depan diyakini akan sangat agresif.
"Tapi bisnis Pertamina dalam menyuplai BBM itu luar biasa besarnya. Kita mungkin melihat motor listrik saat ini yang ada di jalanan itu hanya 40-45 ribu unit, motor biasa yang ada di Indonesia ada 130 juta," kata Fadli dalam Green Economic Forum di Hotel Kempinski, Jakarta, Senin (22/5/2023).
Lebih lanjut, Fadli menuturkan, jikapun pemerintah mendorong penggunaan 1 juta kendaraan listrik per tahun, hal itu tetap tidak akan banyak menggerus pendapatan Pertamina setidaknya pada termin 2030-2040.
Namun, Fadli menjelaskan, Pertamina tetap menyiapkan sejumlah skenario dalam menjalankan bisnis sesuai perkembangan tren penggunaan energi bahan bakar. Ketersediaan dan ketahanan energi bagi masyarakat perlu disiapkan untuk generasi mendatang.
"Strateginya adalah harus memastikan ketahanan energi Indonesia tetap tercapai. Kedua selain ketahanan energi tercapai, Pertamina tetap profit karena itu tugas BUMN," katanya.