REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keadaan toko buku bisa goyah di dunia digital saat ini. Ada banyak yang tutup, gagal beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain buku elektronik dan buku audio, toko buku fisik menghadapi persaingan dalam bentuk media lain, seperti acara TV, film, dan musik, yang berebut mendapatkan perhatian audiens.
Di Indonesia, Toko Buku Gunung Agung baru saja mengumumkan penutupan seluruh gerai setelah bertahan selama 70 tahun. Barnes & Noble, rantai toko buku terbesar di Amerika Serikat, telah mengalami banyak kemunduran selama bertahun-tahun.
Toko buku pada masa depan kemungkinan besar akan digabungkan dengan bisnis lain, seperti kafe, museum, dan restoran, di antara jenis toko lainnya untuk meningkatkan lalu lintas pejalan kaki. Strategi bisnis yang cerdas, tetapi tidak baru ini mungkin bisa berhasil di mal atau pusat komersial. Orang-orang akan dapat melihat-lihat rak sambil menunggu secangkir kopi panas, makanan siap saji, bahkan setelah kunjungan museum. Buku juga akan dipasangkan dengan produk di tempat tersebut.
“Salah satu arah yang mungkin untuk masa depan toko buku adalah menjadi lebih fokus pada ritel pengalaman, menawarkan pengalaman unik dan imersif kepada pelanggan yang tidak dapat ditemukan secara daring,” kata Anna Davis dari RT Book Review, seperti dikutip dari Book Riot, Selasa (23/5/2023).
Davis mengutip contoh dari toko buku menawarkan pengalamn unik semacam ini, yang merupakan toko konsep yang dibuat oleh penerbit Italia RCS Libri di Milan. Toko ini dirancang untuk menjadi semacam pusat budaya, menawarkan berbagai macam buku serta kafe, ruang acara, dan bahkan studio rekaman.”
1.Toko buku masa depan akan terasa seperti pusat komunitas
Toko buku ke depannya mungkin akan menyediakan ruang publik untuk acara, seperti tur buku, penandatanganan buku, kelas, dan lainnya. Beragam acara bisa dipasangkan dengan toko buku sehingga pelanggan dapat membeli buku setelah sesi acara. Dengan strategi ini, toko buku masa depan akan terasa seperti pusat komunitas.
Oxford Exchange menjadi contoh toko buku yang memiliki beberapa ruang, termasuk restoran, kedai kopi, toko suvenir, ruang kerja, acara, dan banyak lagi. Gerai buku ini selalu ramai dikunjungi.
2. Khusus genre tertentu
Toko buku, pada masa depan, mungkin akan melayani demografi tertentu atau fokus pada genre tertentu. Mungkin akan ada toko buku khusus untuk anak-anak dan genre tertentu lainnya. Dengan cara ini, toko buku dan layanan khusus akan dengan mudah menonjol dari yang lain, menjadikannya tujuan utama bagi sebagian orang.
3. Jadi toko hybrid
Toko alat tulis dan toko buku dapat ditempatkan satu atap. Contoh sempurna dari hal ini adalah Barnes & Noble, di mana selain buku, perlengkapan sekolah dan kantor juga dijual di sana. Lainnya adalah B&N Café, di mana bagian disediakan untuk kopi dan kue kering. Dengan cara ini, pelanggan dapat bersantai setelah berbelanja yang melelahkan atau mereka dapat menyesap secangkir minuman panas sambil membaca. Strategi toko hybrid ini menawarkan pengalaman unik.
4. Berteknologi canggih
Karena teknologi terus meningkat, toko buku pasti akan mengejar itu. Pemilik toko buku akan memikirkan cara cerdas untuk memasukkannya ke dalam pengalaman berbelanja. Mungkin mereka akan menemukan cara untuk mengintegrasikan AI ke dalam manajemen pesanan, sehingga memudahkan pelanggan untuk membeli dan menemukan buku baru. Toko buku juga dapat menggunakan augmented reality untuk memungkinkan pelanggan melakukan pratinjau buku sebelum mereka membelinya.