Selasa 23 May 2023 10:25 WIB

PDIP Atur Pertemuan Kepala Daerah dengan Ketum Partai Lain, Ini Kata Gibran

Gibran akan atur jadwal soal kebijakan PDIP tentang bertemu dengan ketum partai lain.

Rep: c02/ Red: Bilal Ramadhan
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka usai mengelar pertemuan di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (22/5/2023). Gibran akan atur jadwal soal kebijakan PDIP tentang bertemu dengan ketum partai lain.
Foto: Republika/Prayogi
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka usai mengelar pertemuan di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (22/5/2023). Gibran akan atur jadwal soal kebijakan PDIP tentang bertemu dengan ketum partai lain.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO – Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengungkapkan pihaknya akan mengatur kembali terkait ketentuan dari PDIP yang mana mengatur tamu di kantor hanya untuk kepentingan pekerjaan saja. 

Hal tersebut menyusul kejadian beberapa waktu lalu dimana relawan Jokowi-Gibran bertemu dengan Ketum Gerindra Prabowo dan berujung pemanggilan Gibran oleh DPP PDIP di Jakarta, Senin (22/5/2023) kemarin.

Baca Juga

"Ya nanti kami atur lagi lah ya kalau menteri kan tidak semua bisa diterima di kantor. Ada kemarin misalnya pak Menteri PUPR pasti di lapangan di proyek nanti kami menyesuaikan lah ya," kata Gibran ketika ditemui di balai kota Solo, Selasa (23/5/2023). 

Kendati demikian, Gibran mengungkapkan ia tidak pernah memposisikan tamunya semisal Prabowo sebagai Ketum namun sebagai menteri pertahanan. "Saya itu tidak pernah menerima yang namanya ketua umum, saya menerima beliau beliau sebagai menteri. Jadi ya itu pak Prabowo pak Airlangga mas Giring itu kapasitasnya lain, " katanya. 

Gibran juga mengaku bahwa dirinya tak menentukan apapun semisal bertemu dengan umum. "Kalau ketua umum ketemu saya, saya kan bukan siapa siapa saya tidak menentukan apa apa," katanya mengakhiri. 

Sebelumnya, Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto mengungkapkan telah memberikan nasihat kepada Gibran dan kader partai lainnya yang menjadi kepala daerah. Jelasnya, hal yang lumrah jika seorang kepala daerah menerima silaturahim dari partai politik dan tokoh masyarakat.

Namun, kepala daerah dari kader PDIP harus pemimpin dari seluruh rakyat yang dipimpinnya. Mereka yang terpilih harus menghasilkan suatu kebijakan bagi kepentingan seluruh rakyat di wilayahnya.

"Cuma dengan berbagai kejadian-kejadian terakhir tadi, kemudian kami berdiskusi oh gitu nanti kalau ada tamu-tamu ya akan diterima secara resmi di kantor di mana kepala daerah itu bertugas, baik di kantor wali kota maupun di kantor kabupaten. Sehingga segala sesuatunya itu memang berkaitan dengan kemajuan wilayah yang dipimpinnya," ujar Hasto.

Selanjutnya, Manuver politik tersebut terjadi karena suka tidak suka, Gibran adalah putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ditambah lagi, Solo merupakan salah satu kandang dari partai berlambang kepala banteng itu.

"Sehingga sebagai wali kota beliau banyak menerima tamu-tamu tingkat nasional, apalagi Solo makannya luar biasa, kulinernya juga luar biasa," ujar Hasto.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa Gibran secara terbuka telah menjelaskan dengan detail apa yang menjadi permasalahan belakangan ini. Mengingat adanya framing bahwa Gibran mendukung Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

"Prinsipnya pertemuan antara kader partai untuk berdialog dan meluruskan berbagai hal yang sering kali apa yang diberitakan dan kenyataan itu berbeda, begitu banyak kepentingan yang bermain, begitu banyak framing yang coba dimainkan," ujar Hasto.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement