REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Peristiwa cuaca ekstrem telah menyebabkan 11.778 bencana dalam setengah abad terakhir dan menewaskan dua juta orang, menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Lebih dari 90 persen kematian yang dilaporkan terjadi di negara-negara berkembang.
Kerusakan ekonomi akibat banjir, badai, dan kebakaran hutan telah melonjak sejak 1970, dengan total 4,3 triliun dolar AS. Namun, jumlah kematian telah menurun drastis sejak tahun 1990, sebagai hasil dari perbaikan sistem peringatan dini dan penanggulangan bencana.
AS kehilangan 1,7 triliun dolar AS, yang merupakan 39 persen dari kerugian ekonomi yang terjadi antara tahun 1970 dan 2021. Itu merupakan periode tahun-tahun yang dianalisis dalam Atlas Kematian dan Kerugian Ekonomi WMO dari Cuaca, Iklim, dan Air Ekstrem.
“Tetapi negara-negara miskin dan negara-negara berkembang yang justru menderita dengan biaya tinggi tidak proporsional dalam kaitannya dengan ukuran ekonomi mereka,” kata laporan itu, seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (23/5/2023).
Data menunjukkan 22.608 kematian dari dua tahun terakhir dan telah terjadi penurunan. Namun, untuk sementara kerugian ekonomi masih terjadi terutama dikaitkan dengan badai.
Profesor Petteri Taalas, sekretaris jenderal WMO, mengatakan kelompok masyarakat yang paling rentan menanggung beban cuaca, iklim dan bahaya yang berhubungan dengan air.
Badai siklon yang sangat parah, seperti Mocha, menjadi salah satu contoh yang menyebabkan kehancuran meluas di Myanmar dan Bangladesh. Hal itu telah berdampak pada golongan termiskin dari yang miskin. “Dulu, baik Myanmar maupun Bangladesh menelan korban jiwa puluhan bahkan ratusan ribu orang,” kata Taalas.
Berkat peringatan dini dan manajemen bencana, angka kematian bencana ini sekarang dapat diturunkan. Peringatan dini telah menyelamatkan nyawa.
Akan tetapi, secara keseluruhan Asia menyumbang 47 persen dari semua kematian yang dilaporkan di seluruh dunia, atau hampir satu juta dengan siklon tropis menjadi penyebab utamanya. Bangladesh memiliki jumlah kematian tertinggi di Asia dengan 520.758, disebabkan oleh 281 bencana.
Di Eropa, 166.492 orang tewas dalam 1.784 bencana, terhitung delapan persen kematian yang dilaporkan di seluruh dunia.
Cuaca ekstrem adalah penyebab utama kematian yang dilaporkan dan banjir adalah penyebab utama kerugian ekonomi.
WMO ingin memastikan bahwa sistem peringatan dini menjangkau semua orang di Bumi pada tahun 2027 dan telah menerbitkan temuannya menjelang Kongres Meteorologi Dunia, yang dimulai Mei 2023 untuk membantu mempercepat proses ini.
Perwakilan dari badan-badan PBB, bank pembangunan, pemerintah dan layanan meteorologi dan hidrologi nasional yang bertanggung jawab mengeluarkan peringatan dini akan bertemu di Jenewa, Swiss. Kongres mengatakan inisiatif Peringatan Dini untuk semua anggota PBB adalah salah satu prioritas strategis utama tahun ini.