Selasa 23 May 2023 15:01 WIB

Jamaah Haji, Yuk Pahami Pentingnya Alat Pelindung Diri dari Cuaca Panas Saudi

Jamaah haji diimbau menggunakan payung untuk melindungi diri.

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ani Nursalikah
Alat Pelindung Diri selama berada di Tanah Suci (Ilustrasi). Jamaah Haji, Yuk Pahami Pentingnya Alat Pelindung Diri dari Cuaca Panas Saudi
Foto: Republika/Agung Sasongko
Alat Pelindung Diri selama berada di Tanah Suci (Ilustrasi). Jamaah Haji, Yuk Pahami Pentingnya Alat Pelindung Diri dari Cuaca Panas Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, Laporan Jurnalis Republika.co.id Agung Sasongko dari Madinah

MADINAH -- Sosialisasi pentingnya penggunaan alat pelindung diri selama di Tanah Suci bukan tanpa alasan. Cuaca panas yang menyengat akan menjadi tantangan bagi jamaah haji.

Baca Juga

Lantas apa itu alat pelindung diri? Korlap Promosi Kesehatan Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Ade Irma Rosiani menjelaskan alat pelindung diri itu terdiri dari lima jenis.

Pertama, payung dan topi. Ade menyarankan kepada jamaah untuk menggunakan payung.

Hal ini dikarenakan payung memiliki jangkauan perlindungan yang lebih baik ketimbang topi. "Dengan cuaca di Madinah yang mencapai 42 derajat celsius, panas akan menyengat sehingga rentan jamaah terkena heat stroke (sengatan panas)," ujarnya saat ditemui di KKHI Madinah, Selasa (22/5/2023).

Selanjutnya, kata dia, adalah kacamata hitam. Kacamata ini berfungsi melindungi mata dari paparan debu yang dapat mengakibatkan iritasi pada mata.

Selain itu, kacamata hitam juga melindungi mata dari sinar matahari secara langsung. Ketiga adalah masker. Debu merupakan pemicu terjadinya infeksi saluran nafas.

"Gunakan masker secara tepat, di mana bagian halus berada di dalam dan bagian yang kasar berada di luar," kata dia.

Selanjutnya, kata Ade, botol semprot air. Meski terlihat sepele, alat ini membantu melindungi tubuh dari heat stroke. "Terakhir, jangan lupa menggunakan alas kaki dan wadahnya (kantong) sehingga bisa dibawa saat beraktivitas di luar ruang selama berada di Tanah Suci," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement