REPUBLIKA.CO.ID, FUZHOU -- Dua influencer muda Indonesia, Achyar Al Rasyid dan Novi Basuki menjadi pembicara dalam acara The 2nd ASEAN-China Online Influencers Conference di Kota Fuzhou, Tiongkok, 18-21 Mei 2023. Mereka bicara tentang ekonomi digital dan ChatGPT.
Acara ini diselenggarakan bersama oleh China Public Diplomacy Association, ASEAN-China Centre, Global Times Online, Office of Fujian Provincial Party Committee Cyberspace Affairs Commission, Foreign Affairs Office of the People’s Government of Fujian Province, Department of Commerce of Fujian Province, dan Fuzhou Municipal People's Government.
Hadir sebagai pembicara adalah para duta besar dan influencer muda dari Tiongkok dan negara-negara ASEAN. Dalam paparannya Achyar menyampaikan bahwa ekonomi digital masa depan salah satunya akan muncul di bidang lingkungan hidup. Terkait hal ini, Tiongkok telah berhasil membangun pasar domestik karbon dalam negerinya pada 1 Februari 2021. Tiongkok memanfaatkan teknologi digital untuk pengoperasian pasar karbonnya.
Menurut Achyar, keberhasilan Tiongkok tersebut dalam membangun pasar karbon dimestik perlu memberikan inspirasi dan ajakan bagi negara-negara di ASEAN, khususnya Indonesia. Ia mengataikan kerjasama business to business dengan Tiongkok dalam hilirisasi industri sumber daya alam terbukti sudah berjalan dan akan terus berjalan untuk komoditi lainnya. Selanjutnya bisa diiringi dengan kerjasama dalam bidang lingkungan hidup, khususnya pembangunan pasar karbon.
"Bayangkan, tahun 2021 ada 374 juta anak muda ASEAN dan Tiongkok. Kalau semuanya bergerak dalam pelestarian lingkungan yang selanjutnya ada nilai bisnis dengan terlibat aktif menjadi pemain dalam perdagangan karbon, akan sangat luar biasa. Lingkungan terlestarikan, pemasukan bagi masyarakat ASEAN dan Tiongkok akan meningkat," ujar Achyar yang merupakan Koordinator Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia, seperti dilansir dari Antara, Selasa (23/5/2023)
Sementara itu, Novi Basuki menyoroti bagaimana pengaruh Artificial Intelligence, khususnya dengan kemunculan ChatGPT, dalam hubungan Indonesia-Tiongkok. ChatGPT dipandang memang luar biasa. Itu dapat menjawab hampir semua pertanyaan manusia.
Namun, katanya, kecermatan dan rasa ingin tahu dengan mencari dari berbagai macam sumber, tetaplah harus dikedepankan, khususnya bagi anak-anak muda. Ia mengaku telah mencoba menggunakan ChatGPT dengan menanyakan bagaimana kondisi Muslim di Cina. Jawaban ChatGPT cenderung subjektif dan tendensius terhadap kebijakan keagamaan pemerintah Cina.
“Saya juga pernah menanyakan soal One Belt One Road. Jawabannya tidak jauh-jauh dari jebakan utang," ungkap Novi yang cukup lama menempuh pendidikan di Tiongkok.
Selain menghadiri konferensi, para influencer dibawa berkunjung ke beberapa tempat pembangunan industri di Tiongkok, termasuk ke megaproyek "Two Countries, Twin Parks" yang dibangun Indonesia dan Tiongkok.