REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk Taswin Zakaria menyampaikan perseroan telah mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga Rp 2 triliun untuk memperkuat maupun mengembangkan teknologi informasi (IT) dan keamanan data perseroan. Adapun, belanja modal IT tersebut dialokasikan untuk jangka waktu tiga tahun, yang telah digunakan sejak akhir 2021 hingga akhir 2024.
"Kisaran Rp 1 triliun sampai Rp 2 triliun (capex IT). Kita sesuai porsi dan proporsional kita aja," ujar Taswin setelah Public Expose Maybank di Sentral Senayan III, Jakarta, Selasa (23/5/2023).
Dia mengungkapkan, hingga saat ini perseroan telah menggunakan sebesar 60 hingga 70 persen dari total belanja modal IT tersebut, termasuk untuk meningkatkan keamanan data dari serangan kejahatan siber.
"Realisasinya sudah 60 persen sampai 70 persen. Itu sudah semuanya ya, bukan hanya modernisasi, tapi juga untuk cyber defence," ujar Taswin.
Dalam kesempatan ini, pihaknya menyebut keamanan siber (cyber security) menjadi prioritas utama perseroan, bukan hanya untuk platform digital M2U, namun, juga untuk keseluruhan sistem yang terdapat di Maybank. Menurut dia, ke depan perkembangan digital merupakan keniscayaan bagi industri perbankan seiring dengan semua layanan yang akan berbasis digital.
"Perkembangan digital ini tentunya akan menuntut kemampuan yang berbeda dari perbankan yang ada saat ini," ujar Taswin.
Hingga kuartal I 2023, Maybank Indonesia mencatatkan transaksi melalui platform perbankan digital M2U yang meningkat 16,1 persen year on year (yoy) menjadi sekitar 4,8 juta transaksi, dari sebelumnya 4,1 juta lebih transaksi pada periode sama tahun lalu.
Selain itu, nilai transaksi digital M2U juga tumbuh 22,1 persen (yoy) menjadi Rp 26,77 triliun pada kuartal I 2023, dari sebelumnya sebesar Rp 21,93 triliun pada periode sama tahun lalu.
Pertumbuhan signifikan pada nilai transaksi maupun akuisisi nasabah melalui M2U tersebut telah berkontribusi pada peningkatan pendanaan ritel sebesar 23,1 persen (yoy) menjadi Rp 6,39 triliun.