REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda pernah menjajal diet puasa air? Tren diet ini menjadi populer lantaran efeknya dalam penurunan berat badan.
Seperti apa cara dietnya? Seperti nama dietnya, pelaku puasa air tak boleh mengonsumsi makanan. Mereka hanya boleh mendapatkan asupan cairan seperti air putih, kopi hitam tanpa gula, atau teh.
Salah satu contoh diet puasa air adalah diet detoks lemon. Orang-orang yang menerapkan diet ini hanya boleh mengonsumsi racikan minuman yang terbuat dari sari lemon, air putih, cabai cayenne, dan sirup maple.
Minuman tersebut diminum beberapa kali dalam sehari dalam jangka pendek. Secara umum, diet detoks lemon hanya berlangsung paling lama sepekan.
Beberapa studi mengindikasikan bahwa puasa air dapat membawa beberapa manfaat kesehatan, seperti menurunkan risiko penyakit kronis dan membantu memecah lemak di tubuh. Akan tetapi, bukti ilmiah yang menunjang temuan tersebut masih sangat terbatas.
Diet dengan restriksi ketat seperti ini juga berpeluang membawa dampak buruk yang lebih besar dibandingkan dampak baiknya. Ahli gizi Sharanya Shastry dari Apollo Spectra Hospital mengungkapkan bahwa puasa air biasanya hanya dilakukan dalam periode satu hari saja.
Durasi ini dapat disesuaikan dengan beberapa faktor seperti kesehatan mental, kadar stres, aktivitas fisik, iklim, hingga status hidrasi tiap individu. Setelah menyelesaikan puasa air, orang-orang tak dianjurkan untuk langsung menyantap makanan dalam jumlah besar.
Orang-orang lebih dianjurkan untuk mengonsumsi smoothie atau makanan dalam porsi kecil setelah puasa air agar tak mengalami gejala-gejala pencernaan yang tidak nyaman. Meski diklaim dapat memberikan manfaat, diet puasa air juga dapat membawa beberapa risiko. Salah satunya adalah penurunan massa otot.
Selain itu, puasa air juga dapat memunculkan keluhan seperti mual, sakit kepala, sembelit, penurunan produktivitas, pening, dan tekanan darah rendah. Tak hanya itu, diet puasa air bisa membuat orang-orang yang melakukannya lebih berisiko mengalami gangguan makan.
Diet puasa air pun diketahui dapat memicu peningkatan produksi asam urat. Peningkatan asam urat dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit asam urat.