REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Menjelang pemungutan suara putaran kedua Pilpres Turki, perseteruan dua capres kian sengit. Keduanya saling tuduh. Capres oposisi Kemal Kilicdaroglu menuduh pejawat Recep Tayyip Erdogan sebagai pembohong.
Ini terkait aksi Erdogan menggunakan sebuah video untuk menuduh oposisi memiliki hubungan dengan kelompok Kurdi, yang di Turki dianggap sebagai kelompok militant dan teroris. Asal mula video tersebut tak diketahui.
Dalam wawancara dengan lembaga penyiaran pemerintah, TRT pada Senin (22/5/2023) tengah malam, Erdogan mengulangi tuduhannya dan mengacu pada video tersebut, menyambungkan tayangan Kilicdaroglu dan militan Kurdi.
Kilicdaroglu meresponsnya melalui akun Twitter,’’Saya lelah difitnah tetap dia tak lelah memfitnah saya.’’ Demi meraih sentimen kelompok nasionalis, Erdogan berulang kali mengaitkan Kurdistan Workers Party (PKK) dan oposisi tanpa bukti.
Video yang digunakan Erdogan muncul pada kampanye pejawat tersebut pada 7 Mei. Video tersebut terdiri atas tayangan dari sebuah kampanye Kilicdaroglu dan video PKK yang dirilis 10 bulan lalu di mana para militant menyanjung komandannya, Murat Karayilan.
Merujuk gabungan video itu, sekali lagi Erdogan menuding Kilicdaroglu bekerja sama dengan PKK. Turki dan sekutu Baratnya menetapkan PKK sebagai kelompok teroris. Mereka melakukan perlawanan sejaka 1984 yang menyebabkan 40 ribu orang lebih kehilangan nyawa.
"Kilicdaroglu membuat video dengan teroris di Qandil,’’ kata Erdogan, mengacu markas PKK di pegunungan Qandil, Irak. Ia menegaskan, rekaan atau bukan, mereka mengambil video itu di Qandil dan anggota PKK menunjukkan dukungannya untuk Kilicdaroglu.
Kilicdaroglu juga kembali menanggapi. Ia menyatakan Erdogan sebagai pembohong, pembuat video rekaan. Sejumlah orang bepengaruh yang memiliki akun media sosial juga menyampaikan kemarahannya kepada Erdogan dengan menggunakan tagar "montaj" (montage).
Tagar ini menjadi nomor trending di Turki pada Selasa (23/5/2023) sore. Fahrettin Altun, direktur komunikasi presiden, menuding Kilicdaroglu menghina presiden. Rakyat Turki, jelas dia, akan memberi pelajaran kepada mereka yang menghina Erdogan.
Emre Kizilkaya, ketua komite nasional International Press Institute's (IPI) di Turki, menyatakan terjadi disinformasi secara terorganisasi melalui kampanye pilpres akhir-akhir ini. Pemerintah memainkan peran sentral fenomena bermasalah ini.