REPUBLIKA.CO.ID, TALLINN -- Rusia menuduh puluhan militan Ukraina menyeberang ke salah satu kota perbatasannya di wilayah Belgorod, menyerang sasaran dan memaksa evakuasi, sebelum lebih dari 70 penyerang terbunuh atau dipukul mundur. Ukraina membantah terlibat dalam pertempuran yang berlangsung.
Ukraina justru menyalahkan dua kelompok Rusia yang mengaku sebagai sukarelawan dan berjuang bersama pasukan Kiev dalam pemberontakan melawan pemerintah Presiden Vladimir Putin. Kendati tidak ada versi yang dapat diverifikasi secara independen, insiden ini membuat Moskow menanggapi salah satu serangan perbatasan paling serius sejak Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
Gubernur Belgorod, Vyacheslav Gladkov mengatakan seorang wanita tua tewas dalam evakuasi yang kacau, dan 12 orang terluka dalam serangan penembakan itu. Pertempuran masih berlanjut hingga Selasa (23/5/2023) pagi, dan dia mengimbau warga untuk tidak kembali ke rumah. Pada Selasa sore operasi militer itu dinyatakan selesai.
Siapa yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu?
Kelompok Legiun Kebebasan Rusia dan Korps Sukarelawan Rusia mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, dengan tujuan ambisius untuk membebaskan wilayah Belgorod. Dalam situs webnya, Legiun Kebebasan Rusia mengatakan, kelompok ini di bentuk pada musim semi lalu untuk berperang melawan geng bersenjata Putin dan secara resmi diakui oleh militer Kiev.
“Kami berjuang dalam kerja sama penuh dengan Angkatan Bersenjata Ukraina dan di bawah kepemimpinan komando Ukraina,” kata situs web itu.
Situs web itu mengatakan, mereka bertempur musim panas lalu dalam kelompok pertempuran kecil dan sekarang terlibat dalam pertempuran untuk kota timur Bakhmut. Sementara Korps Sukarelawan Rusia adalah formasi dalam Angkatan Bersenjata Ukraina. Mereka menggambarkan dirinya hanya bertempur di pihak Ukraina.
“Kami, sukarelawan Rusia yang tinggal di Ukraina, memutuskan untuk mengangkat senjata dan membentuk formasi militer, Korps Sukarelawan Rusia, untuk bersama dengan rekan Ukraina kami mempertahankan tanah air mereka yang memberi kami tempat berlindung, dan kemudian melanjutkan perjuangan melawan rezim kriminal Putin dan antek-anteknya," ujar Korps Sukarelawan Rusia.
Unggahan lain mengklaim kelompok itu bertempur di tenggara Ukraina, atau sebagai sukarelawan yang melayani di tempat lain di negara itu, termasuk di Bucha dan Irpin di pinggiran Kiev. Pada Maret, Korps Sukarelawan Rusia mengaku bertanggung jawab atas serangan di daerah perbatasan lainnya, yaitu wilayah Bryansk Rusia.
Laporan media pada saat itu mengidentifikasi beberapa anggotanya sebagai nasionalis Rusia. Dalam sebuah unggahan pada Selasa, Korps Relawan Rusia menggambarkan pandangan politiknya sebagai konservatif dan tradisionalis sayap kanan.
Apa pendapat Ukraina tentang kelompok perlawanan Rusia?
Pejabat Ukraina tidak pernah mengonfirmasi hubungan apa pun dengan salah satu kelompok. Pemerintah di Kiev membantah terlibat dalam insiden Belgorod, dan menyebutnya sebagai tindakan orang Rusia yang tidak puas.
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Hanna Maliar mengatakan, patriot Rusia dan orang-orang yang memberontak melawan rezim Putin berada di balik serangan itu. Penasihat kepresidenan Mykhailo Podolyak menuding serangan itu dilakukan oleh kelompok gerilya bawah tanah yang terdiri dari warga negara Rusia.
Dalam sambutannya kepada outlet berita Suspilne, pejabat intelijen Ukraina Andrii Yusov mengatakan, dalang dari serangan itu adalah Korps Sukarelawan Rusia dan Legiun Kebebasan Rusia. Perwakilan intelijen lainnya Andrii Cherniak membenarkan fakta bahwa kedua kelompok itu mengaku bertanggung jawab.
“Ini adalah konsekuensi dari politik agresif rezim Putin dan invasi Rusia ke Ukraina,” kata Cherniak kepada The Associated Press.
Bagaimana tanggapan Rusia?
Rusia menyebutnya sebagai serangan sabotase yang dikerahkan oleh Kiev. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan serangan Belgorod adalah pengalihan yang dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian dari kemenangan Rusia di Kota Bakhmut, Ukraina timur. Moskow mengklaim telah merebut Bakhmut setelah menjalani pertempuran berdarah selama berbulan-bulan.
Ketika ditanya tentang klaim bahwa penyerbu adalah etnis Rusia, Peskov bersikeras bahwa mereka adalah militan Ukraina yang berasal dari Ukraina. “Ada banyak etnis Rusia di Ukraina, tapi mereka tetaplah militan Ukraina,” kata Peskov.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov mengatakan lebih dari 70 teroris Ukraina tewas dalam operasi Rusia. Dia juga menyebut para penyerang sebagai nasionalis.
Televisi negara Rusia melaporkan para penyerbu berasal dari angkatan bersenjata Ukraina. Satu laporan menuduh penyerang menggunakan peralatan militer Amerika Serikat, kendati Washington menjamin senjatanya tidak akan digunakan untuk menyerang Rusia.
Bagaimana kebenarannya?
Analis dan komentator mengatakan, Rusia dan Ukraina kemungkinan akan mendapat manfaat dari versinya sendiri tentang peristiwa tersebut. Kementerian Pertahanan Inggris pada Selasa (23/5/2023) mengatakan, Rusia hampir pasti akan menggunakan insiden ini untuk mendukung narasi resmi bahwa itu adalah korban dalam perang.
Liputan media negara Rusia tampaknya mendukung gagasan ini, dengan tuduhan bahwa senjata AS digunakan dalam serangan itu. Analis militer Ukraina, Oleh Zhdanov mengatakan, bagi Kiev serangan di Belgorod bisa menguntungkan dengan mengambil posisi sebagai pengamat dan tidak mengakui keterlibatannya.
“Faktanya adalah perang sedang terjadi di wilayah Rusia, Kremlin dengan jelas menunjukkan bahwa Rusia bukan satu-satunya yang dapat menggunakan metode (perang) hibrida,” kata Zhdanov.
"Keterlibatan Korps Sukarelawan Rusia dan Legiun Kebebasan Rusia harus menjadi tanda bahwa ada kekuatan di dalam Rusia yang dapat melawan rezim Putin,” tambah Zhdanov.
Zhdanov mengatakan, pada saat yang sama, serangan Belgorod menunjukkan ketidakberdayaan Rusia. “Rusia ternyata sama sekali tidak siap, baik pasukan keamanannya, atau penjaga perbatasan, atau layanan khusus tidak disiapkan untuk permusuhan di wilayah mereka sendiri. Mitos bahwa Rusia mengunci perbatasannya telah dipatahkan,” ujarnya.
Beberapa suara Rusia menggemakan sentimen itu. Kepala kontraktor militer swasta Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, memanfaatkan insiden itu sebagai kesempatan lain untuk menyerang Kementerian Pertahanan Rusia karena tidak cukup melindungi perbatasan. Koresponden militer surat kabar pro-Kremlin Komsomolskaya Pravda, Alexander Kots, juga mempertanyakan sistem pengawasan militer Rusia di perbatasan.
“Ada apa dengan peralatan teknis perbatasan kita, sistem pengawasan, sistem deteksi gerakan?. Ada apa dengan penambangan di area yang berpotensi berbahaya? Ada apa dengan peralatan anti-tank? Mengapa kelompok lapis baja musuh menembus jauh ke dalam wilayah kita?," ujar Kots.