REPUBLIKA.CO.ID, HAGATNA -- Warga Guam menimbun perbekalan, menutup jendela, serta meninggalkan rumah kayu dan seng untuk tempat berlindung darurat. Mereka bersiap diterpa hujan dan angin dari Topan Mawar pada Rabu (24/5/2023).
Badai terkuat sedang mendekati wilayah Pasifik AS dalam beberapa dasawarsa. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyetujui deklarasi darurat dan siapa pun yang tidak tinggal di rumah beton didesak untuk mencari keselamatan di tempat lain sebelum topan.
Bencana ini diperkirakan datang sebagai badai Kategori 4 tetapi mungkin bisa menguat menjadi Kategori 5. Kategori 5 terakhir yang menghantam langsung di Guam adalah Super Typhoon Karen pada 1962.
Gubernur Guam Lou Leon Guerrero mengatakan, deklarasi darurat akan mendukung mobilisasi sumber daya ke Guam. Keputusan ini dinilai sangat penting mengingat jarak wilayah itu dari benua Amerika.
Bantuan federal akan diperlukan untuk menyelamatkan nyawa dan harta benda. "Mengurangi dampak bencana yang akan segera terjadi ini," kata Guerrero dalam sepucuk surat kepada presiden yang meminta status darurat untuk Guam.
Guam adalah pusat penting bagi pasukan AS di Pasifik dan Departemen Pertahanan menguasai sekitar sepertiga pulau itu. Komandan Wilayah Gabungan Mariana Benjamin Nicholson mengesahkan evakuasi personel pertahanan, tanggungan, dan karyawan di area yang diperkirakan akan terkena dampak
Menurut Angkatan Laut, semua kapal dipindahkan ke laut sebagai tindakan pencegahan standar. Setiap personel yang tersisa di pulau itu berlindung. Sekitar 6.800 anggota layanan AS ditugaskan ke Guam.
Gelombang badai diperkirakan setinggi 1,2 hingga dua meter, dengan ombak berbahaya setinggi enam hingga sembilan meter. Badai bergerak dengan kecepatan 10 kph, tetapi memiliki titik selebar 27 kilometer.
Musim topan berlangsung dari 1 Juli hingga 15 Desember di Pasifik Utara bagian barat. “Mawar tidak terlalu aneh di lokasi, tapi pasti kuat,” kata profesor ilmu atmosfer University of Albany Kristen Corbosiero.