REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Posisi sosok calon wakil presiden (cawapres) untuk Anies Rasyid Baswedan merupakan kewenangan partai politik dalam menentukannya. Hanya saja, pasangan Anies dan cawapresnya nanti dapat menjadi kombinasi yang sempurna.
"Terutama dalam memadukan Islam, nasionalis, dan religiusitas pada kontestasi nasional mendatang," ujar mantan ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin seusai menerima kunjungan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di kediamannya, Jakarta, Selasa (24/5/2023).
Din mengaku tak dalam posisi untuk mengusulkan sosok calon wakil presiden (cawapres) untuk Anies Rasyid Baswedan. "Jadi, kalau saya pribadi agar merupakan kombinasi, perpaduan dari dua subkultur besar perpolitikan Indonesia, Islam dan nasional religius," ujar Din.
"Harus pluralisme karena ini masyarakat dan bangsa yang majemuk. Oleh karena itu, saya tidak berada pada posisi yang boleh mengusulkan, hanya boleh berpikir," katanya.
Adapun Wakil Ketua Majelis Syura PKS Mohamad Sohibul Iman di tempat lain mengungkapkan, tiga dari lima nama kandidat cawapres yang sudah dikantongi Anies. Ketiganya adalah Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan mantan gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
"AHY masuk dalam kategori itu (kriteria cawapres), kan dari Partai Demokrat. Kalau Khofifah dari tokoh Muslimah, jadi sepenuhnya kepada partai pengusung dan kepada calon presiden," ujarnya.
Lebih dari itu, dia menilai, tepat langkah PKS yang memutuskan untuk mengusung mantan gubernur DKI Jakarta itu sebagai bakal capres. Anies, dia memandang, sebagai sosok yang tepat untuk memimpin Indonesia pada periode berikutnya.
Sosok calon pemimpin yang tepat untuk Indonesia ke depan. Terutama dalam menghadapi perubahan geopolitik, geoekonomi, dan geo-strategis global dewasa ini yang episentrum pertumbuhan berada di depan mata.
"Saya kira banyak dari kita, kaum cerdik pandai, kaum cerdas dan berakal, melihat sosok Anies Baswedan sebagai figur yang tepat untuk Indonesia ke depan," ujar Din menambahkan.
Indonesia, dia menyebut, memerlukan pemimpin yang visioner, memahami cita-cita nasional, dan mampu untuk memobilisasi potensi rakyat Indonesia serta mampu berdialog dengan kalangan di dunia internasional.
"Maka pilihan ini, pilihan yang tepat dan saya berharap akan menjadi kenyataan. Dan secara khusus saya melihat perilaku PKS tentang pencapresan ini meletakkannya dalam satu keikhlasan, kelegawaan," ujar mantan ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.