Rabu 24 May 2023 20:26 WIB

Ilmuwan Rudal Hipersonik Rusia Dicurigai Bocorkan Rahasia ke Cina 

Putin berulang kali menyatakan, Rusia merajai penguasaan rudal hipersonik.

Rudal hipersonik Rusia
Foto: republika
Rudal hipersonik Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Rusia menahan seorang direktur lembaga sains ternama karena dicurigai melakukan pengkhianatan bersama dua pakar teknologi rudal hipersonik. Mereka dutuding membocorkan rahasia teknologi tersebut ke Cina. 

Alexander Shiplyuk, direktur Siberia's Khristianovich Institute of Theoretical and Applied Mechanics (ITAM) dan dua pakar tadi, dicurigai menyerahkan materiah rahasia dalam sebuah konferensi sansi di Cina pada 2017, demikian diungkapkan dua orang sumber. 

Namun, laki-laki 56 tahun itu menegaskan  tak bersalah. Ia berdalih, informasi yang disebut ia bocorkan bukan kategori rahasia dan tersedia secara daring. ‘’Laki-laki itu meyakinkan informasi itu bukan rahasia dan di tak bersalah,’’ ujar salah satu sumber, Rabu (24/5/2023).

Sebelumnya, tak ada laporan mengenai tuduhan terhadap direktur ITAM yang ditahan pada Agustus tahun lalu itu. Keterkaitan dengan Cina, membuat Shiplyuk menjadikan kasus terbaru ilmuwan Rusia yang ditahan karena dituduh membocorkan rahasia ke Beijing. 

Ditanya mengenai tuduhan yang dihadapi ilmuwan ITAM, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengungkapkan, pihak keamanan Rusia (FSB) mengawasi kemungkinan kasus terkait pengkhianatan terhadap ibu pertiwi.’’Ini pekerjaan yang sangat penting.

FSB belum menanggapi pertanyaan mengenai penahanan para ilmuwan tersebut.

Kementerian Luar Negeri Cina saat ditanya tuduhan soal Beijing menyasar ilmuwan Rusia untuk mendapatkan hasil riset sensitif, menyatakan hubungan dua negara didasarkan pada kesetaraan, nonkonfrontasi, dan tak menargetkan pihak ketiga. 

‘’Secara mendasar, berbeda dari persekutuan militer dan intelijen yang bekerja bersama didasarkan pada mentalitas Perang Dingin,’’ kata Kemenlu Cina. 

Presiden Rusia Vladimir Putin berulang kali menyatakan, Rusia merajai penguasaan rudal hipersonik. Rudal yang mampu membawa hulu ledak dengan kecepatan 10 kali lipat dibandingkan kecepatan suara untuk menghantam sistem pertahanan udara. 

Kasus ITAM ini dan kasus pengkhianatan sebelumnya, menjadi kekhawatiran Rusia kehilangan rahasia teknologinya, termasuk kebocoran rahasia ke Cina, sekutu yang selama ini diandalkan dalam kerja sama politik dan perdagangan. 

Tahun lalu, pakar laser, Dmitry Kolker ditahan di Siberia didakwa melakukan pengkhiatan. Namun, dua hari kemudian ia meninggal karena kanker. Pengacaranya, Alexander Fedulov menyatakan klienny dituduh menyerahkan rahasia ke Cina. Keluarga Kolker menyangkalnya.

Alexander Lukanin, ilmuwan asal Kota Tomsk, Siberian ditahan pada 2020 karena dicurigai menyerahkan rahasia teknologi ke Beijing. Tahun lalu, ia dijatuhi hukuman 7,5 tahun penjara. Tuduhan sama diajukan ke Valery Mitko, direktur Arctic Academy of Sciences, St Petersburg.

Ia secara teratur bepergian ke Cina untuk memberikan kuliah. Ia meninggal dunia tahun kemudian pada usia 81 dalam status tahanan rumah. 

 

 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement