REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON — Pemerintah Kota (Pemkot) Cirebon, Jawa Barat, berencana mengoperasikan koridor dua Bus Rapid Transit (BRT). Pemkot Cirebon menyiapkan sarana prasarana pendukungnya.
Sekretaris Daerah Kota Cirebon Agus Mulyadi mengatakan, koridor dua BRT ini sudah melalui studi kelayakan (feasibility study) yang melibatkan Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ). Menurut dia, rencana pengoperasian koridor dua juga dikoordinasikan dengan pelaku usaha bidang transportasi.
Menurut Agus, koridor dua BRT ini dapat menjangkau warga yang tinggal di wilayah selatan. Selain itu, rute koridor dua juga melewati sentra perekonomian dan sejumlah sekolah. “BRT koridor dua lebih menjangkau kebutuhan masyarakat terhadap transportasi,” kata Agus, Rabu (24/5/2023).
Agus mengatakan, rencananya peluncuran koridor dua BRT ini akan dilakukan pada peringatan Hari Jadi Kota Cirebon.
Rute koridor dua BRT ini dimulai dari Terminal Harjamukti-Kanggraksan-Jalan Sudirman-Jalan Angkasa Raya-Kalijaga-Jalan Pramuka-Cadasngampar-Jalan Angkasa Raya-Kalitanjung-Jalan Evakuasi-By Pass-Jalan Pemuda-Jalan Cipto-Jalan Tentara Pelajar-Sukalila Selatan-Jalan Siliwangi (Pasar Pagi).
Kemudian ke Jalan Veteran (Polres)-Jalan Sisingamangaraja-Jalan Banteng-Merdeka- Pulasaren -Jagasatru-Drajat-Rajawali, dan kembali ke Terminal Harjamukti.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Cirebon Andi Armawan mengatakan, pihaknya menyiapkan bus stop atau selter sebagai tempat naik dan turun penumpang. Penumpang BRT ini hanya bisa naik dan turun di selter yang sudah disediakan. “Ada 38 bus stop yang disiapkan,” ujarnya.
Andi mengatakan, BRT ini dilengkapi dengan pendingin udara, wifi, dan CCTV. Soal tarifnya, kata dia, sementara ini untuk penumpang umum Rp 5.000 dan untuk pelajar Rp 3.500. “Ini merupakan tarif yang sudah disubsidi,” kata Andi.