Kamis 25 May 2023 06:00 WIB

Suami Lakukan KDRT ke Istri yang Hamil? Ingat Pesan Nabi Muhammad

Nabi Muhammad mengabarkan kemuliaan bagi wanita yang sedang hamil.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Suami Lakukan KDRT ke Istri yang Hamil? Ingat Pesan Nabi Muhammad. Foto: Ibu hamil (Ilustrasi).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Suami Lakukan KDRT ke Istri yang Hamil? Ingat Pesan Nabi Muhammad. Foto: Ibu hamil (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Adab fi Din menjelaskan, salah satu adab suami kepada istri adalah tidak melakukan perbuatan kasar, baik secara lisan, maupun secara sikap.

Tak hanya itu, suami juga berhak memberikan istrinya ruang untuk berpendapat atau mengajukan aspirasi atas tindakan-tindakan yang dilakukan suami. Suami pun diperintahkan untuk bersikap lembut kepada istri, khususnya istri yang sedang hamil.

Baca Juga

Dalam buku 60 Hadis Hak-Hak Perempuan dalam Islam dijelaskan tentang sebuah hadits yang berisi gambaran bagaimana perempuan harusnya bersikap ketika ada kekerasan yang menimpanya. Hadis tersebut berbunyi: “An Iyasi-bni Abdillahi ibn Abi Dzubabin qala: qala Rasulullahi SAW: la tadhribu ima-allahi. Fa ja-a Umaru ila Rasulillahi SAW fa qala dzairna an-nisau ala azwajihinna. Farakhishu fi dharbihinna fa athaafa bi-ali Rasulillahi SAW nisa-un katsirun thafa bi-ali Muhammadin nisa-un katsirun yasykuuna azwajahunna laisa ula-ika bikhiyarikum,”.

Yang artinya: “Dari Iyas bin Abdillah bin Abdi Dzubab, Rasulullah SAW memberi perintah: janganlah memukul perempuan. Tetapi datanglah Umar kepada Rasulullah SAW melaporkan bahwa banyak perempuan yang membangkang terhadap suami-suami mereka,”.

Maka Nabi SAW memberi keringanan dengan membolehkan pukulan itu. Kemudian (akibat dari keringanan itu) banyak perempuan yang datang mengitari keluarga Rasulullah SAW untuk mengeluhkan suami-suami mereka. Maka Rasulullah SAW kembali menegaskan: telah datang mengitari keluarga Muhammad, banyak perempuan mengadukan (praktik pemukulan) para suami, mereka itu bukan orang-orang yang baik di antara kamu,”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam Ibnu Majah. Dijelaskan, hadits ini merupakan salah satu versi yang merekam ketegangan pada masa Nabi Muhammad SAW antara kepentingan laki-laki yang ingin menguasai dan mendisiplinkan perempuan dengan kepentingan perempuan yang menolak menjadi bulan-bulanan praktik kekerasan laki-laki terhadap mereka.

Nabi Muhammad SAW melarang pemukulan, namun para laki-laki berkeberatan karena tidak bisa mendisiplinkan perempuan. Tetapi kemudian banyak perempuan mendatangi Nabi dan melakukan protes, Nabi pun mendengarkan protes mereka.

Berdasarkan hadits ini dijelaskan bahwa baik laki-laki ataupun perempuan dapat memetik hikmah dan pelajaran dari apa yang ditetapkan Nabi. Perempuan, kata Ustadz Faqihuddin, berhak untuk terbebas dari segala jenis kekerasan. Perempuan juga berhak mendapatkan perlindungan.

Bahkan perempuan berhak atas nama Islam untuk meminta dukungan kebijakan atau fatwa terhadap hak bebas kekerasan tersebut sampai mereka memperolehnya secara nyata. Menurut Ustadz Faqihuddin, dibutuhkan kesadaran bahwa perjuangan para perempuan ini akan bisa mengganggu dan mengusik sebagian laki-laki.

Untuk dapat mewujudkan aspirasinya tersebut, kata dia, perempuan juga butuh untuk melibatkan dan berkolaborasi dengan laki-laki yang memiliki empati seperti Nabi Muhammad SAW. Maka agama pun menganjurkan, seyogyanya para pemimpin Islam haruslah mencontoh Nabi dalam menegaskan bahwa Islam adalah agama kebaikan.

Melalui kepemimpinan Nabi yang mendengar seluruh pendapat dan memutuskan kebijakan yang bijaksana, Islam terbukti menjadi agama yang progresif dan modern yang memangku hak-hak setiap hamba. Dalam perkara KDRT ini, Nabi menegaskan bahwa peran Islam adalah sebagai agama kebaikan, kemaslahatan, dan bebas dari kekerasan serta kemafsadatan. Sehingga, nilai-nilai ini sejatinya harus dilaksanakan baik oleh laki-laki maupun oleh perempuan.

Kemuliaan wanita yang hamil

Rasulullah SAW bersabda, "Wahai Fatimah, jika wanita mengandung anak di perutnya, maka para malaikat akan memohonkan ampunan baginya. Dan Allah SWT menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan, menghapuskan seribu kejelekannya.

Ketika wanita itu merasa sakit karena melahirkan, maka Allah SWT menetapkan baginya pahala para pejuang di jalan Allah, jika ia melahirkan bayinya maka keluarlah dosa-dosanya seperti ketika ia dilahirkan ibunya. Dan akan keluar dari dunia dengan tidak membawa dosa apapun.

Dikuburnya akan ditempatkan di taman-taman surga. Allah memberinya pahala seribu ibadah haji dan umroh dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat,".

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement