REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Sekelompok pendukung Partai Pekerja Kurdistan (PKK) terlibat kekerasan dengan para pengawas kotak suara selama pemungutan suara untuk pemilu Turki putaran kedua di Brussel. Insiden itu terjadi pada Rabu (24/5/2023) sekitar pukul 21.00 waktu setempat di Brussels Expo.
Para pengawas dari kelompok yang terkait dengan Partai Yesil Sol (YSP) secara verbal dan fisik menyerang rekan-rekan mereka dari Aliansi Rakyat. Salah satu pemilih terluka karena kepalanya dipukul dengan batang besi. Korban langsung dibawa ke rumah sakit.
Dilaporkan TRT World, polisi mendatangi tempat kejadian, dan pintu masuk ke gedung tempat pemungutan suara ditutup. Sebelumnya awal bulan ini, pendukung PKK menyerang pemilih diaspora Turki di Marseille Prancis.
Selama lebih dari 35 tahun PKK melakukan kampanye melawan Pemerintah Turki, dan bertanggung jawab atas kematian lebih dari 40.000 orang, termasuk wanita dan anak-anak. PKK diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Pada Maret, kelompok teroris PKK mengindikasikan niatnya untuk mendukung Ketua oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP), Kemal Kilicdaroglu sebagai kandidat dalam pemilihan presiden. Bese Hozat, yang disebut sebagai ketua bersama organisasi payung PKK, menyatakan dukungan untuk posisi YSP yang terkait dengan kelompok teror.
Lebih dari 1,7 juta ekspatriat Turki telah memberikan suara di misi luar negeri dan gerbang bea cukai negara itu. Jutaan pemilih pergi ke tempat pemungutan suara putaran pertama pada 14 Mei untuk memilih presiden dan anggota parlemen dengan 600 kursi.
Dalam pemilu putaran pertama, Erdogan meraih 49,52 persen suara, dan Kilicdaroglu berada di urutan kedua dengan 44,88 persen suara. Turki akan mengadakan pemilu putaran kedua pada 28 Mei untuk memilih presiden, setelah tidak ada kandidat yang memenangkan mayoritas langsung dalam pemilihan putaran pertama.