REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi menemukan bahwa remaja lesbian, gay, dan biseksual (LGB) dua kali lebih mungkin mengalami kesulitan tidur dibandingkan orang-orang yang heteroseksual. Depresi, stres, dan konflik keluarga yang lebih besar berkontribusi pada masalah tidur remaja LGB.
Penulis utama penelitian Jason Nagata yang merupakan asisten profesor pediatri di University of California, San Francisco, mengatakan anak muda yang mengidentifikasi diri sebagai lesbian, gay, atau biseksual mungkin menghadapi pandangan negatif karena orientasi seksual mereka. “Berada di bawah banyak tekanan dapat mempersulit remaja lesbian, gay, dan biseksual untuk tidur nyenyak,” ujar Nagata dilansir Medical Xpress, Rabu (24/5/2023).
Para peneliti menganalisis data dari 8.563 remaja usia 10-14 tahun yang tergabung dalam Adolescent Brain Cognitive Development Study, studi jangka panjang terbesar tentang perkembangan otak dan kesehatan anak di Amerika Serikat (AS). Data dikumpulkan dari tahun 2018-2020. Remaja dan orang tuanya menjawab pertanyaan tentang kebiasaan tidur mereka dan remaja ditanya tentang orientasi seksual mereka.
Remaja yang mempertanyakan seksualitas mereka (misalnya, yang menjawab “mungkin” menjadi gay, lesbian, atau biseksual) memiliki risiko lebih besar mengalami masalah tidur dibandingkan dengan teman-teman mereka yang heteroseksual.
Nagata mengungkapkan, tidur yang cukup sangat penting bagi remaja karena membantu tubuh serta pikiran mereka tumbuh dan berkembang dengan baik. “Agar nyenyak, remaja harus mengikuti rutinitas tidur yang konsisten, memastikan lingkungan tidurnya nyaman, dan menghindari penggunaan perangkat elektronik sebelum tidur,” ujarnya.