Kamis 25 May 2023 20:59 WIB

Seperti Apa Pola Tidur Ulama Terdahulu? Ini Kisah Seputar Gaya Istirahat Mereka

Ulama terdahulu dikenal dengan pola tidur yang sangat singkat

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi ulama. Ulama terdahulu dikenal dengan pola tidur yang sangat singkat
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Ilustrasi ulama. Ulama terdahulu dikenal dengan pola tidur yang sangat singkat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Waktu malam merupakan waktu dengan keutamaan yang besar dalam Islam. Bahkan malam adalah waktu yang biasa digunakan oleh para ulama terdahulu untuk mendalami ilmu. 

Abi Abdullah Muhammad Sa'id bin Silan dalam bukunya, Adabu Thalibil Ilmi (terjemahan oleh Muyassir Hadil Anam), memaparkan, seorang pelajar hendaknya mengurangi waktu tidur malam sampai pada batas yang tidak membahayakan tubuh dan pikirannya. 

Baca Juga

"Kira-kira tidak lebih dari delapan jam dalam sehari semalam, atau sepertiga hari. Apabila memungkinkan lebih sedikit dari itu, maka laksanakanlah," demikian penjelasannya, yang menukil dari Tadzkirah Al-Sami' wa Al-Mutakallim. 

Ulama-ulama terdahulu pun memaksimalkan betul-betul waktu malam untuk mendalami ilmu. Salah satunya ialah Hasan bin Ziyad, tokoh ulama dari Mazhab Hanabilah. 

Azzarnuji mengatakan, Hasan bin Ziyad mulai mendalami ilmu sejak usia 18 tahun, dan dia tidak tidur di atas pembaringannya selama 40 tahun. 

Ulama lain, Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani, yang merupakan ahli fiqih dan tokoh ulama dari Mazhab Hanafi, bahkan tidak pernah tidur malam dan selalu mengisinya dengan agenda harian. Bila jenuh terhadap satu jenis aktivitas, dia akan mengerjakan aktivitas yang lain. 

Asy-Syaibani juga biasa meletakkan wadah berisi air di sebelahnya. Ini berfungsi agar ketika sewaktu-waktu mengantuk, dia bisa langsung melenyapkan kantuknya itu dengan air. 

Baca juga: Mualaf Theresa Corbin, Terpikat dengan Konsep Islam yang Sempurna Tentang Tuhan

"Sesungguhnya tidur itu dari panas, maka harus dipadamkan dengan air yang dingin," kata Asy-Syaibani yang dinukil dari Ta'limul Muta'allim Thuruq at-Ta'allum.

Diriwayatkan pula dalam hadits tentang godaan setan terhadap seorang Muslim agar terus lelap dalam tidurnya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ. فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ. رواه البخاري

Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Setan mengikat bagian kepala salah satu dari kalian dengan tiga ikatan saat tidur. Pada setiap ikatan, setan berkata, 'Malam masih panjang, tidurlah'. Apabila dia (Muslim tersebut) bangun dan berdzikir, terlepaslah satu tali ikatan.

Jika kemudian dia berwudhu, terlepaslah ikatan tali yang kedua. Bila dia mendirikan sholat, terlepaslah satu tali ikatan. Dengan begitu, pada pagi harinya ia akan menjadi penuh semangat, gembira dan tentram. Namun bila ia tidak melakukan itu, maka di pagi harinya akan merasa malas dan tidak tentram." (Muttafaqun 'alaih)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement