REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- New York adalah rumah bagi banyak monumen publik untuk menghormati para penulis berpengaruh pada abad ke-19 dan ke-20, seperti Lewis Carroll, Hans Christian Andersen, dan Gertrude Stein. Jarang sekali ada tokoh Arab di antara para penerima penghargaan tersebut, tapi hal itu akan segera berubah.
Sebuah patung marmer baru untuk memperingati penulis, seniman, dan filsuf Lebanon-Amerika, Kahlil Gibran, yang meninggal di New York pada 1931, akan diresmikan pada akhir 2023. Ini menjadi momen yang tepat karena tahun ini menandai peringatan 100 tahun karya gemilang Gibran, Sang Nabi (The Prophet).
Ide untuk patung ini diprakarsai oleh organisasi nirlaba Kahlil Gibran Collective, sebuah platform online yang didedikasikan untuk semua hal tentang Gibran. "Ini akan menjadi patung monumen pertama di New York untuk Gibran. Sebetulnya sudah ada patung monumen di Boston dan Washington DC, tapi tidak ada satu pun di New York yang merupakan tempat Gibran tinggal dan tempat ia menulis Sang Nabi," kata Glen Kalem-Habib, pendiri Collective seperti dilansir Arab News, Kamis (25/5/2023).
Patung itu akan ditempatkan di taman Gereja Santo Markus di Bowery yang dekat dengan apartemen Gibran yang kini telah dihancurkan. Ini adalah lokasi yang penting karena dilaporkan sebagai tempat pembacaan Sang Nabi pertama kali di depan umum pada 1923.
Alih-alih membangun patung tradisional sang penulis, monumen ini akan meniru gambar simbolis yang dibuatnya, berjudul "Tangan Tuhan (Hand of God)" untuk sampul Sang Nabi. Monumen ini juga akan mengakomodasi podium yang dapat diakses untuk pertunjukan langsung. Struktur yang menyerupai tangan dengan api yang berkobar dibuat oleh seniman Lebanon Rudy Rahme, yang berasal dari desa yang sama dengan Gibran, Bcharre.
Pihak penyelenggara berharap dapat meresmikan patung tersebut pada 21 September, tanggal Sang Nabi diterbitkan seabad yang lalu. Peresmian ini akan disertai dengan serangkaian acara, termasuk makan malam resmi dan simposium akademis di Lebanese American University di kota tersebut.
Tim saat ini sedang dalam tahap penggalangan dana dan sejauh ini telah menerima dukungan dari kalangan akademisi dan Alfred A Knopf, perusahaan penerbitan Gibran. Namun, masih banyak yang harus dilakukan. “Kami benar-benar harus menyampaikan pesan ini ke luar sana dan mudah-mudahan mendapatkan dukungan,” kata Kalem-Habib.