Jumat 26 May 2023 08:52 WIB

Erdogan: Pemilu Turki Tunjukkan Demokrasi Bukan Kediktatoran

Erdogan mengkritik klaim negara Barat bahwa kediktatoran berkuasa di Turki.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
 Kandidat Presiden Turki dan Aliansi Rakyat Recep Tayyip Erdogan, berbicara kepada para pendukungnya saat kampanye pemilu di Istanbul, Turki, Senin (22/5/2023).
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Kandidat Presiden Turki dan Aliansi Rakyat Recep Tayyip Erdogan, berbicara kepada para pendukungnya saat kampanye pemilu di Istanbul, Turki, Senin (22/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan, proses pemilihan Turki adalah respons yang kuat terhadap beberapa kelompok Barat. Para negara Barat itu mengklaim kediktatoran berkuasa di Turki.

“Proses pemilu yang dilalui negara kita telah berperan penting dalam memahami kebenaran yang tak terhitung jumlahnya.  Kami tidak hanya melihat kekuatan demokrasi Turki di kotak suara pada 14 Mei, tetapi kami juga menyaksikan mengempisnya gelembung persepsi'. Mereka memfitnah 'kediktatoran' terhadap Turki," kata Erdogan, dilaporkan Hurriyet Daily News, Kamis (25/5/2023)

Baca Juga

Erdogan mengatakan, respons negara Barat itu adalah kampanye kotor. Terutama oleh mereka yang tidak bisa mendapatkan jumlah suara sebanyak setengah dari pemilih di negara mereka sendiri.

“Itu adalah operasi psikologis berbahaya yang dilakukan di pers internasional tentang kami.  Kebohongan dan tipuan itulah yang ditegaskan kembali oleh oposisi,” kata Erdogan.

Erdogan mengatakan, Turki telah menepis tuduhan kelompok Barat dengan pencapaian dalam pemilu putaran pertama pada 14 Mei lalu. Ketika itu, Erdogan mendapatkan 49,5 persen suara, sementara lawannya dari partai oposisi, Kemal Kilicdaroglu meraih sebesar 44,9 persen suara.

“Kami telah menunjukkan bahwa klaim kediktatoran adalah omong kosong belaka," ujar Erdogan.

Erdogan mengatakan, pemilu menunjukkan bahwa keinginan Bangsa Turki tidak dapat dibelenggu. “Kami telah menunjukkan bahwa pemilu tidak dapat dimenangkan dengan kebohongan, fitnah, dan politik ketakutan. Kami menunjukkan bahwa tidak mungkin memasuki hati orang-orang dengan ujaran kebencian. Kami menunjukkan bahwa tidak mungkin berjalan dengan separatis dan anggota FETO demi keuntungan politik," kata Erdogan.

Erdogan mengatakan, pemilu putaran pertama menunjukkan kepada seluruh dunia tingkat kematangan demokrasi Turki dalam 21 tahun terakhir dan pandangan jauh ke depan bangsa. “Kami mencapai ini bersama dengan 85 juta orang, tidak peduli partai politik mana yang mereka pilih.  Mudah-mudahan, setelah 28 Mei, kita akan membawa semua pencapaian negara kita ini lebih jauh lagi bersama-sama,” kata Erdogan. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement