Jumat 26 May 2023 09:19 WIB

Saat Istiqomah Amalkan Sunnah, Ini yang Terjadi pada Pancaindra Anda

Perintah ibadah ada yang wajib dan ada yang sunnah.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Saat Istiqomah Amalkan Sunnah, Ini yang Terjadi pada Panca Indranya. Foto:   Umat muslim membaca Alquran usai menunaikan ibadah Sholat Dzuhur di Masjid Al Ukhuwah, Jalan Wastukencana, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (27/3/2023). Pada bulan suci Ramdhan, umat muslim memanfaatkan waktu dengan memperbanyak serta meningkatkan ibadah membaca Alquran (tadarus) dan melaksanakan shalat-shalat sunnah.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Saat Istiqomah Amalkan Sunnah, Ini yang Terjadi pada Panca Indranya. Foto: Umat muslim membaca Alquran usai menunaikan ibadah Sholat Dzuhur di Masjid Al Ukhuwah, Jalan Wastukencana, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (27/3/2023). Pada bulan suci Ramdhan, umat muslim memanfaatkan waktu dengan memperbanyak serta meningkatkan ibadah membaca Alquran (tadarus) dan melaksanakan shalat-shalat sunnah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Perintah beribadah itu sendiri ada yang wajib dan ada yang sunnah. Keduanya sampa pentingnya sehingga manusia selamat dunia dan akhirat serta mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. 

Menurut Imam Al Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah, ibadah-ibadah wajib yang diperintahkan Allah SWT itu ibarat modal perniagaan. Tentu seseorang tidak akan bisa menjalankan perdagangan dan meraih keuntungan bila tidak memiliki modal untuk berdagang terlebih dulu. Maka itu, tidak bisa seorang hamba meraih keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat apabila tidak memiliki modal dasar untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan itu yakni dengan menjalankan perintah Allah yang wajib. 

Baca Juga

Dan setelah seseorang itu memiliki modal, ia meraih keuntungan dan membesarkan perniagaannya sehingga semakin berhasil usahanya dan orang tersebut pun naik derajat kehidupannya. Begitu juga dengan perintah Allah untuk mengerjakan ibadah yang sunah, ketika seorang dapat menambah ibadahnya dengan ibadah sunnah, maka tentu baginya keutamaan yang berlipat-lipat. 

اعلم أن أوامر الله تعالى فرائض ونوافل. فالفرض رأس المال، وهو أصل التجارة وبه تحصل النجاة. والنفل هو الربح وبه الفوز بالدرجات. 

Artinya: Ketahuilah, sesungguhnya perintah-perintah Allah itu yang fardhu-fardhu dan ada yang sunnah-sunnah. Maka perintah yang fardhu itu ibarat modal. Fardhu itu modalnya dagang, dan dengan itu bisa memperoleh hasil dagangnya. Sunnah itu untung, dengan kesunnahan diperoleh derajat-derajat.

Maka dari itu, dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT yang paling utama terlebih dulu adalah dengan melaksanakan perintah Allah yang fardhu. Setelah perintah Allah yang fardhu dilaksanakan maka seorang hamba dapat melanjutkan menambah ibadahnya dengan yang sunnah. Maka bagi orang-orang yang konsisten atau Istiqomah melaksanakan ibadah sunah ada keutamaannya tersendiri. Sebagaimana Imam Al Ghazali mengutip hadits qudsi yang menjelaskan bahwa orang yang konsisten mengerjakan amal sunah pada akhirnya akan menjadi kekasih Allah atau wali-Nya. 

Ketika orang tersebut telah menjadi wali Allah, setiap pancaindra dan anggota tubuhnya akan terpelihara dan mendapat petunjuk dan bimbingan dari Allah sehingga selamat dunia akhirat. Semua gerak langkahnya, penglihatannya, pendengarannya, bicaranya, langkahnya akan diridhoi Allah dan terus-menerus melakukan kebaikan. 

قال صلى الله عليه وسلم: يقول الله تبارك وتعالى: ما تقرب إلي المتقربون بمثل أداء ما افترضت عليهم. ولا يزال العبد يتقرب إلى بالنوافل حتى أحبه. فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به، وبصره الذي يبصر به، ولسانه الذي ينطق به، ويده التي يبطش بها، ورجله التي يمشي بها.

Nabi SAW bersabda: Allah berfirman: Maha suci Allah dan Maha Luhur. Tidaklah mendekatkan diri kepada-Ku para hamba yang mendekatkan diri, dengan seperti melakukan perkara yang difardhukan kepada mereka. Dan tidak henti-henti seorang hamba itu mendekat kepada-Ku dengan sunnah-sunnah sampai Aku mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya (sebab mengerjakan sunah terus) maka Aku menjadi pendengaran hamba itu, yang dia mendengar dengan pendengaran itu. Aku juga menjadi penglihatannya, yang mana dia melihat dengan penglihatan itu,  dan Aku juga menjadi lisannya yang mana hamba itu berkata dengan lisan itu. Dan Aku menjadi tangannya yang mana hamba itu memegang dengan tangan tersebut. Dan Aku menjadi kakinya yang mana hamba itu berjalan dengan kaki tersebut. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement