Jumat 26 May 2023 09:42 WIB

Militer Korsel-AS Berlatih Tembak di Dekat Perbatasan Korut

Latihan tembak ini akan berlangsung hingga pertengahan Juni 2023.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
 Tentara Korea Selatan mengendarai howitzer self-propelled K-5 di Yeoncheon, Korea Selatan, dekat perbatasan dengan Korea Utara, Senin (13/3/2023). Militer Korea Selatan dan AS akan melakukan latihan menembak bersama hingga pertengahan Juni 2023.
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Tentara Korea Selatan mengendarai howitzer self-propelled K-5 di Yeoncheon, Korea Selatan, dekat perbatasan dengan Korea Utara, Senin (13/3/2023). Militer Korea Selatan dan AS akan melakukan latihan menembak bersama hingga pertengahan Juni 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Militer Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) melakukan pelatihan tembak-menembak berskala besar di dekat perbatasan dengan Korea Utara (Korut) pada Kamis (25/5/2023). Pelatihan itu tetap saja dilakukan padahal Korea Utara (Korut) telah memperingatkan tidak akan menoleransi pelatihan invasi di depan pintunya.

Pelatihan ini adalah yang pertama dari lima putaran latihan tembakan langsung hingga pertengahan Juni. Kegiatan itu menandai 70 tahun sejak pembentukan aliansi militer antara Seoul dan Washington.

Baca Juga

Korut biasanya bereaksi terhadap latihan besar Korsel-AS seperti itu dengan uji coba rudal dan senjata lainnya. Sejak awal 2022, Pyongyang telah meluncurkan uji coba lebih dari 100 rudal dan yang terakhir adalah penembakan rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat pada pertengahan April.

Tes terakhir itu adalah tanggapan terhadap latihan militer yang diperluas antara AS dan Korsel. Namun, para pengamat mengatakan Pyongyang bertujuan memajukan pengembangan senjatanya, kemudian merebut konsesi yang lebih besar dari para pesaingnya dalam diplomasi akhirnya.

Pelatihan tembak AS-Korsel yang disebut "Pelatihan senjata pemusnahan gabungan" adalah yang terbesar dari jenisnya. Pelatihan tersebut, menurut Kementerian Pertahanan Korsel, telah diadakan 11 kali sejak dimulai pada 1977.

Pelatihan bersama ini melibatkan 2.500 tentara dan 610 sistem senjata, seperti jet tempur, helikopter serang, drone, tank, dan artileri dari Korsel dan AS. Latihan pada 2017 menarik sekitar 2.000 tentara dan 250 aset senjata dari kedua negara.

Kegiatan itu menyimulasikan serangan artileri dan udara di fasilitas militer garis depan Pyongyang sebagai tanggapan atas serangan. Menurut Kementerian Pertahanan Korsel, pasukan kemudian mempraktikkan serangan yang dipandu dengan presisi pada target yang disimulasikan di area belakang untuk memusnahkan ancaman militer Korut.

Korut tidak segera menanggapi dimulainya latihan tersebut. Namun, media pemerintah Pyongyang menyebut latihan itu latihan perang itu menargetkan negaranya. Dugaan itu tidak bisa ditampik sebab fakta latihan diadakan beberapa kilometer dari perbatasannya. Kantor Berita KCNA mengatakan Washington dan Seoul akan menghadapi konsekuensi yang tidak ditentukan atas kegaduhan perang nuklirnya. 

 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement