Jumat 26 May 2023 11:40 WIB

Cerita Makan Malam dengan Raja Arab Saudi Usai Naik Haji

Usai menjalankan ibadah haji, Kerajaan Arab Saudi mengundang untuk makan malam bersama Raja.

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
.
Foto: network /Kurusetra
.

Raja Faisal mengundang para tamu Allah menjadi tamu Kerajaan Arab Saudi.
Raja Faisal mengundang para tamu Allah menjadi tamu Kerajaan Arab Saudi.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Setiap musim haji Kerajaan Arab Saudi mengundang sejumlah kaum Muslimin dari seluruh dunia untuk datang ke Tanah Suci menjalankan ibadah haji. Undangan juga tiba untuk umat Islam Indonesia. Wartawan senior, Alwi Shahab rahimahullah menjadi salah seorang yang pernah menjadi tamu Allah lewat undangan Raja. Bahkan selain menunaikan ibadah haji, Abah Alwi berkesempatan menjadi tamu undangan makan malam bersama Raja Arab Saudi. Bagaimana kisahnya?

Peristiwa itu terjadi pada September 1974. Pada suatu hari, setelah selesai meliput kegiatan Presiden Soeharto, saya mendapat telepon dari Departemen Sosial. Pak Bustaman, seorang staf menteri sosial saat itu, memberi tahu bahwa saya ditunjuk untuk melaksanakan ibadah haji. Anda ditunjuk oleh Menteri Sosial HMS Mintaredja SH, kata Pak Bustaman, dari ujung telepon. Karuan saja, pemberitahuan ini membuat hati saya berbinar-binar. Saya merasa, doa saya ketika umrah tahun 1973 dikabulkan Allah.

BACA JUGA: Humor Betawi: Dilarang Motong Hewan Kurban Pakai Sandal Jepit, Bukannya Mati Kambingnya Malah Geli

.

Musim haji 1974 berlangsung antara November dan Desember. Waktu itu, perjalanan haji dengan menggunakan pesawat udara, baru berlangsung sekitar dua tahun. Perjalanan haji sebelum tahun tersebut harus menggunakan kapal laut sehingga harus menempuh perjalanan berbulan-bulan. Waktu itu, ongkos naik haji (ONH) sebesar Rp 750 ribu dengan tambahan Rp 7.500 untuk Badan Amil Zakat.

Seingat saya, penerbangan dari Bandara Halim Perdana Kusumah memerlukan waktu 11 jam dengan transit di bandara negara Uni Emirat Arab. Karena masuk dalam kloter awal, saya dan rombongan waktu itu langsung ke Madinah. Namun, di kota ini saya tidak bisa melaksanakan ibadah Arbain karena baru dua hari berada di kota ini sudah diajak seorang sahabat pergi ke luar kota.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Kiai Bilang Semua Milik Allah, Santri Tanpa Izin Sembelih Kambing Kiai

Sahabat saya ini seorang staf KBRI di Damaskus, Suriah. Dia dengan didampingi istrinya bertolak dari Suriah ke Madinah dengan menggunakan mobil sendiri. Saat bertemu dengan saya, dia mengajak saya ke Jeddah ke rumah pamannya.

Selama di Jeddah, saya mampir ke KBRI setempat. Saat itulah, nasib baik menghampiri saya. Atase Pers KBRI di Arab Saudi, Pak Arifin, menawarkan saya untuk menjadi tamu negara. Setiap tahun, Kerajaan Arab Saudi memang mengundang dua wartawan dari negara-negara sahabat untuk berhaji sebagai tamu negara.

BACA JUGA: Daging Kambing Nasi Kebuli Hidangan Spesial di Maulid Nabi

Tentu saja, saya tidak melewatkan kesempatan ini karena menjadi tamu kerajaan, saya mendapat fasilitas sangat istimewa.

Untuk perjalanan saya selama di Tanah Suci, disediakan kendaraan Chevrolet tahun 1973 dan tinggal di Hotel Kandara, hotel terbaik di Jeddah kala itu. Setiap pagi mobil siap membawa saya ke Makkah pulang-pergi.

BACA JUGA: Download GB WhatsApp Versi Ternyar: Gampang, Cepat, Gratis, Nikmati Banyak Fitur Keren


Alwi Shahab pernah diundang makan malam oleh Raja Arab Saudi.
Alwi Shahab pernah diundang makan malam oleh Raja Arab Saudi.

JADI TAMU NEGARA KERAJAAN SAUDI

Dalam setiap acara, saya bergabung dengan wartawan-wartawan dari berbagai negara, termasuk dari Palestina. Dia mendapat perhatian pemerintah berbagai negara karena negara-negara Arab saat itu masih kompak membantu Palestina dalam menghadapi Israel.

Sebagai tamu negara, saat melaksanakan ibadah haji, kami mendapat perlakuan khusus. Saat melaksanakan wukuf di Arafah, rombongan wartawan undangan kerajaan ditempatkan di tenda khusus. Kami berdoa dan membaca talbiyah dan bacaan-bacaan lainnya yang dibimbing seorang ulama dari Arab Saudi.

Di Mina, kami diundang menghadiri resepsi yang diselenggarakan oleh Raja Faisal untuk tokoh dan pemimpin Islam dari mancanegara. Resepsi berlangsung malam hari dan makanan yang dihidangkan sangat beragam, termasuk kambing guling.

.

BACA JUGA: Doa Nabi Agar Cepat Naik Haji

Dalam pidatonya saat itu, Raja Faisal mengutuk keras aksi zionis Israel dan mengajak umat Islam bersatu melawan aksi tersebut. Para tamu mancanegara ini diberi kesempatan untuk bersalaman dengan Raja Faisal.

Saya juga termasuk yang beruntung karena bisa bersalaman. Sayangnya, tidak ada yang memfotonya sehingga saya tidak punya dokumentasi kejadian langka tersebut.

.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:

> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

sumber : https://kurusetra.republika.co.id/posts/218525/cerita-makan-malam-dengan-raja-arab-saudi-usai-naik-haji
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement