REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- La Liga Spanyol tetap pada keputusan untuk tidak menggunakan teknologi garis gawang. Presiden La Liga Javier Tebas menilai pemasangan infrastruktur tersebut terlalu mahal.
La Liga salah satu kompetisi domestik kelas atas di Eropa bahkan dunia. Namun, sampai saat ini, ajang tersebut tanpa goal line technology. Penyelenggara harus mengeluarkan 2,6 juta pounds (Rp 48 miliar) untuk urusan ini.
Sejumlah liga domestik elite Eropa lainnya sudah memasang teknologi tersebut. Ada Liga Primer Inggris, Serie A Italia, Bundesliga Jerman, Ligue 1 Prancis, Eredivisie Belanda, serta Divisi Championship Inggris.
Liga Primer memulai revolusi ini sekitar sembilan tahun lalu. Mereka belajar dari pengalaman. Buntut dari gol Frank Lampard ke gawang Jerman yang tidak dihitung masuk di Piala Dunia 2010.
Jerman, Prancis Italia, serta Belanda mengikuti pada 2015 lalu, tapi Spanyol belum juga menyusul. "Menurut El Larguero, Tebas enggan membayar 2,6 juta pounds demi perubahan yang diperlukan," demikian laporan yang dikutip dari Daily Mail, Jumat (26/5/2023).
Akhir pekan lalu, duel Atletico Madrid kontra Espanyol jadi sorotan. Laga berkesudahan imbang 3-3. Teknologi garis gawang dibutuhkan dalam pertandingan kontroversial tersebut.
Atletico sempat unggul 3-0 terlebih dahulu. Espanyol bangkit. Klub Katalunya itu terus mengejar hingga menyamakan kedudukan.
Penolakan Tebas akan hadirnya teknologi garis gawang semakin memperburuk posisinya. Ia baru saja mendapat kecaman terkait kasus winger Real Madrid Vinicius Junior. Vinicius mendapat pelecehan rasial dari penggemar Valencia. Sejumlah pihak memberikan dukungan. Mereka meminta La Liga bertindak tegas.
Tebas sempat menyerang balik sang penyerang. Ia merasa Vinicius tak menunjukkan aksi nyata untuk mendukung La Liga menyelesaikan masalah ini. Pada akhirnya, Tebas meminta maaf setelah mengeluarkan pernyataan itu.