REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemerintah Prancis pada Kamis (25/5/2023) mengaku "khawatir" dengan uji coba rudal balistik Iran baru-baru ini. Kegiatan itu dinilai sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB, demikian menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Prancis.
Pernyataan dari Paris tersebut menyusul pengumuman Teheran pada Kamis pagi tentang keberhasilan uji coba peluncuran rudal balistik yang memiliki potensi jangkauan 2.000 km. Juru bicara Kemenlu Prancis Anne-Claire Legendre menyampaikan kekhawatiran tersebut selama konferensi di Paris, merujuk pada "eskalasi berkelanjutan atas program nuklir Iran" sebagai alasannya.
Iran berhasil menggelar uji coba rudal balistik yang berpotensi dapat menjangkau target hingga 2.000 kilometer. Laporan media pemerintah Iran ini dipublikasikan dua hari setelah komandan angkatan bersenjata Israel mengangkat prospek "tindakan" terhadap program nuklir Iran.
Iran yang memiliki salah satu program rudal terbesar di Timur Tengah mengatakan senjatanya dapat mencapai pangkalan Israel dan Amerika Serikat (AS) di kawasan. Meski terdapat penolakan dari AS dan Eropa, tapi Iran mengatakan akan melanjutkan program rudal "pertahanan".
Stasiun televisi pemerintah iran menunjukkan tayangan beberapa detik yang mereka sebut peluncuran rudal balistik Khoramshahr 4 yang telah ditingkatkan. Jangkauan rudal itu mencapai 2.000 kilometer dan dapat membawa hulu ledak seberat 1.500 kilogram.
Kantor berita IRNA mengatakan rudal bahan bakar cair itu dinamakan "Kheibar," yang merujuk kastil Yahudi yang dikuasai muslim di awal Islam.
Pada Januari 2017 Iran pernah melakukan uji coba peluncuran rudal balistik Khorramshahr yang mampu menjangkau 1.000 sampai 2.000 kilometer dengan hulu ledak seberat 1.800 kilogram.