Jumat 26 May 2023 18:04 WIB

Prancis Khawatirkan Uji Coba Rudal Balistik Terbaru Iran

Iran berhasil menggelar uji coba rudal balistik yang dapat menjangkau target 2.000 km

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
A handout photo made available by the Iranian defence ministry office on 25 May 2023 shows, New Iranian surface-to-surface missile called ‘Khaibar’ being launched in an undisclosed location, Iran. According to the Iranian defence ministry, Iran unveiled Khaibar missile on 25 May 2023 which is the 4th generation Khorramshahr ballistic missile with 2000 km range.
Foto: EPA-EFE/IRAN DEFENCE MINISTRY HANDOUT
A handout photo made available by the Iranian defence ministry office on 25 May 2023 shows, New Iranian surface-to-surface missile called ‘Khaibar’ being launched in an undisclosed location, Iran. According to the Iranian defence ministry, Iran unveiled Khaibar missile on 25 May 2023 which is the 4th generation Khorramshahr ballistic missile with 2000 km range.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemerintah Prancis pada Kamis (25/5/2023) mengaku "khawatir" dengan uji coba rudal balistik Iran baru-baru ini. Kegiatan itu dinilai sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB, demikian menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Prancis.

Pernyataan dari Paris tersebut menyusul pengumuman Teheran pada Kamis pagi tentang keberhasilan uji coba peluncuran rudal balistik yang memiliki potensi jangkauan 2.000 km. Juru bicara Kemenlu Prancis Anne-Claire Legendre menyampaikan kekhawatiran tersebut selama konferensi di Paris, merujuk pada "eskalasi berkelanjutan atas program nuklir Iran" sebagai alasannya.

Baca Juga

Iran berhasil menggelar uji coba rudal balistik yang berpotensi dapat menjangkau target hingga 2.000 kilometer. Laporan media pemerintah Iran ini dipublikasikan dua hari setelah komandan angkatan bersenjata Israel mengangkat prospek "tindakan" terhadap program nuklir Iran.

Iran yang memiliki salah satu program rudal terbesar di Timur Tengah mengatakan senjatanya dapat mencapai pangkalan Israel dan Amerika Serikat (AS) di kawasan. Meski terdapat penolakan dari AS dan Eropa, tapi Iran mengatakan akan melanjutkan program rudal "pertahanan".