REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Kepala Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengatakan, Rabu (24/5/2023), pelanggaran Israel di Yerusalem yang diduduki bertepatan dengan peningkatan tajam dalam frekuensi kejahatan terhadap rakyat Palestina.
Berbicara pada pertemuan luar biasa Komite Eksekutif OKI di Jeddah untuk membahas serangan baru-baru ini terhadap Masjid Al-Aqsa, Sekretaris Jenderal Hissein Brahim Taha mengatakan tidak terbayangkan Israel selalu bertindak sebagai negara di atas hukum, melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina, tanah mereka, dan tempat suci.
Dia mengutip agresi militer Israel baru-baru ini di Jalur Gaza, yang mengakibatkan 36 kematian. Dia juga menekankan tanggung jawab komunitas internasional untuk membantu mengakhiri pelanggaran Israel yang mengancam perdamaian dan keamanan internasional.
“OKI mengikuti eskalasi Israel dalam menargetkan tempat-tempat suci Islam dan Kristen di Yerusalem, khususnya penyerbuan Masjid Al Aqsa oleh pemukim ekstremis dan pejabat senior Israel, penyelenggaraan pertemuan pemerintah di sebuah terowongan di bawah Al Aqsa, dan pawai bendera di lingkungan Yerusalem,” katanya, dilansir dari Arab News, Kamis (25/5/2023).
Dia menambahkan serangan itu merugikan sentimen Muslim di seluruh dunia. Menurutnya, Yerusalem adalah bagian integral dari wilayah Palestina yang diduduki pada 1967, serta ibu kota Palestina. Semua tindakan Israel yang diambil untuk Yudaisasi kota itu dianggap batal demi hukum.