Sabtu 27 May 2023 04:10 WIB

Toko Buku Banyak Tutup, Benarkah Karena Minat Baca Menurun?

Toko buku dinilai kurang variatif dan kurang memberi keleluasaan kepada pengunjung.

Pengunjung memilih buku saat bazar buku Big Bad Wolf Books di Bandara Internasional Adisucipto, Yogyakarta, Kamis (27/7/2022).  Pameran yang berlangsung hingga 7 Agustus 2022 ini menghadirkan 35.000 judul buku baru yang bertujuan untuk meningkatkan literasi serta budaya gemar membaca.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pengunjung memilih buku saat bazar buku Big Bad Wolf Books di Bandara Internasional Adisucipto, Yogyakarta, Kamis (27/7/2022). Pameran yang berlangsung hingga 7 Agustus 2022 ini menghadirkan 35.000 judul buku baru yang bertujuan untuk meningkatkan literasi serta budaya gemar membaca.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah banyaknya toko buku yang tutup, Presiden Direktur Big Bad Wolf, Uli Silalahi, mengungkapkan, ternyata peminat dari buku di Indonesia masih cukup banyak.

"Kalau minat baca menurun kayaknya mesti saya cek lagi. Karena kita lihat dari kemarin animo pengunjung yang datang, itu cukup banyak," ungkap Uli saat dijumpai di pameran Big Bad Wolf Books ICE BSD, Tangerang Selatan, Jumat (26/5/2023).

Baca Juga

Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan peminat buku masih banyak berdatangan ke pameran ini. Misalnya saja di Big Bad Wolf, pengunjung bebas membuka bungkus buku dan melihat isinya.

"Kalau saya bilang (di toko buku) mungkin kurang variatif pilihannya. Jadi kalau kita kasih variasi dengan harga terjangkau, mungkin peminatnya banyak," kata dia.

"Terus kalau di sini kan kalau mau baca ya baca saja. Buka ya buka saja, eggak apa-apa. Nah kalau kita lihat, pas kita mau ambil buku lalu dijaga-jaga, mau buka buku terus enggak boleh, kan jadi bingung. Apalagi penjaga bukunya kurang tahu referensi. Tambah bingung lagi. Jadi kayaknya itu sih," kata Uli menambahkan.

Kendati demikian, Uli mengatakan seluruh masyarakat pun juga masih perlu sama-sama meningkatkan minat baca di Indonesia terutama pada anak-anak. Misalnya dengan mengubah pola pikir bahwa membaca buku adalah bagian dari gaya hidup. Dengan pola pikir demikian, maka akan semakin banyak masyarakat yang gemar membaca.

"Untuk meningkatkan minat baca, salah satunya kita mengusulkan untuk disarankan di sekolah-sekolah wajib membaca buku. Contohnya seperti di Singapura. Mereka itu masuk di kurikulum. Jadi kalau mau ujian, mereka harus lapor sudah baca buku berapa dan jelasin satu-satu. Eggak ditentukan buku apa," kata Uli.

Pendiri pameran buku internasional Big Bad Wolf (BBW) Andrew Yap mengatakan, untuk mengajarkan anak-anak gemar membaca, hal yang harus dilakukan pertama kali adalah memperkenalkan dan membiasakan mereka dengan buku. Kalau orangtua meletakkan buku di hadapan anak-anak, mereka akan melihat dan tertarik.

"Jadi seharusnya kita menyadari bahwa jika kita memberi makan perut, maka kita juga perlu memberi makan pikiran kita," kata Andrew.

"Banyak restoran yang ada di Indonesia. Tapi toko buku? Anda bisa menghitungnya dengan jari. Harusnya toko buku juga banyak. Jadi seharusnya industri ini juga bisa berubah dengan pola pikir yang berbeda," kata dia.

Namun menurut Andrew, saat ini minat anak-anak terhadap buku juga cukup baik. Hal ini terbukti di mana area buku anak-anak hingga kini menjadi yang terbesar di pameran Big Bad Wolfdan buku anak menjadi penjualan nomor satu di pameran buku tersebut.

Bazar Buku Internasional Big Bad Wolf Books (BBW) telah hadir di ICE BSD, Tangerang Selatan mulai Jumat 26 Mei hingga 5 Juni mendatang. Pameran itu mulai dibuka sejak pukul 09.00 hingga 24.00 WIB.

 

sumber : ANTARA
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement