Sabtu 27 May 2023 06:21 WIB

Adab Guru ke Murid yang Dijelaskan Imam Al Ghazali

Guru harus menunjukkan adab mulia ke murid.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Adab Guru ke Murid yang Dijelaskan Imam Al Ghazali. Foto:   Guru di sebuah sekolah di Harare, Zimbabwe kembali mengajar. Ilustrasi.
Foto: EPA
Adab Guru ke Murid yang Dijelaskan Imam Al Ghazali. Foto: Guru di sebuah sekolah di Harare, Zimbabwe kembali mengajar. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dalam Islam, penekanan terhadap akhlak dan adab begitu dominan, bahkan dikatakan bahwa akhlak dan adab lebih dulu ketimbang ilmu. Maka untuk dapat mengajarkan ilmu kepada para murid, ada baiknya seorang guru memiliki adab-adab mulia terlebih dahulu dan tidak berlaku kurang ajar.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan beberapa hal mengenai adab-adab seorang guru. Antara lain ihtimal (banyak sabar menanggung kesulitan), lambat marah (tidak mudah marah), duduk dengan haibah atau kelakuan yang tetap serta menundukkan kepala, meninggalkan takabur atas sekalian hamba Allah kecuali terhadap orang yang zalim karena dapat mencegahkannya dari kezaliman. 

Baca Juga

Kemudian, seorang guru juga dinilai harus memilih tawadhu, yakni merendahkan diri pada perhimpunan orang ramai dan pada majelis orang ramai. Guru juga sebaiknya meninggalkan bergurau dan bermain-main, memberi kasih sayang dengan murid, lemah lembut dengan murid yang kurang pandai, membimbing murid yang bebal, tidak memarahi murid yang bodoh, serta tidak malu berkata tidak tahu apabila ada suatu ilmu yang tidak ia ketahui. 

Tak hanya itu, Imam Al-Ghazali menekankan bahwa seorang guru juga perlu memberikan perhatian kepada murid yang bertanya dan mencoba memahami persoalan dengan baik, menerima hujjah atau dalil yang dihadapkan padanya, tunduk kepada kebenaran, dan merlarang murid dari ilmu yang bisa jadi menghadirkan mudharat baginya. 

Peranan guru dengan adabnya sangat penting menurut Imam Al-Ghazali. Bahkan dikatakan bahwa guru juga harus bersikap melarang murid apabila sang murid mengehndaki yang lain dari Allah dengan ilmunya. Kemudian seorang guru juga perlu melarang murid dai menuntut ilmu yang sifatnya fardhu kifayah sebelum selesai dari menuntut ilmu yang sifatnya fardhu ain. 

Adapun ilmu yang sifatnya fardhu ain adalah yang berkenaan dengan membaikkan yang zahir dan batin dengan takwa. Imam Al-Ghazali menambahkan, seorang guru juga perlu memperbaiki diri sendiri dengan takwa sebelum ia memerintahkan orang lain. Hal itu agar muridnya dapat mencontoh amalannya dan mengambil manfaat dari ilmunya. 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement