REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Saling serang antara Ukraina dan Rusia masih belum usai. Pada Jumat (26/5/2023), Rusia mengerahkan puluhan rudal dan drone menargetkan fasilitas umum dan logistik. Sehari kemudian, giliran Ukraina mengerahkan drone mereka.
Sejumlah pejabat dan media Rusia mengungkapkan, serangkaian serangan drone, Sabtu (27/5/2023) membidik jaringan pipa minyak Rusia, termasuk stasiun layanan Druzhba.
Druzhba, yang dibangun pada era Uni Soviet, memiliki kapasitas memompa lebih dari 2 juta barel per hari (bpd). Namun, saat ini produksinya menurun drastis sejak Eropa memutuskan mengurangi ketergantungan pasokan energi dari Rusia.
Awal bulan ini, operator jaringan pipa minyak Rusia, Transneft mengatakan, titik pengisian minyak untuk Druzhba di wilayah perbatasan Rusia-Ukraina telah diserang.
Di Tver, wilayah barat laut Moskow, dua drone menyerang sebuah stasiun bahan bakar yang menyalurkan ke jaringan pipa Druzhba, salah satu jaringan pipa minyak terbesar di dunia. Demikian dilaporkan koran Kommersant.
Dewan lokal Tver menjelaskan, sebuah drone jaruh dekat Desa Erokhino, sekitar 500 km dari perbatasan Ukraina. Di Pskov, wilayah barat Rusia, dua drone menyebabkan ledakan yang menghancurkan bangunan adminstrasi jaringan pipa minyak.
Insiden ini terjadi dekat Desa Litvinovo, berjarak kurang dari 10 km dari perbatasan Rusia-Belarusia. Di wilayah Belgorod, serangan Ukraina menyebabkan satu orang tewas dan tiga lainnya terluka.
‘’Termasuk serorang gadis berusia 15 tahun dan remaja lakilaki berusia 17 tahun,’’ungkap Gubernur Belgorod, Vyacheslav Gladkov. Ia menambahkan, jaringan listrik juga rusak. Sedangkan di Kursk, pekerja bangunan tewas akibat serangan Ukraina.
Pada briefing harian perang Ukraina, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan telah menghancurkan 12 drone Ukraina dalam kurun 24 jam. Mereka juga berhasil menghadang rudal jelajah Storm Shadow yang dipasok oleh Inggris.
Rusia mengeklaim pula menghadang rudal jarak pendek AS dan rudal HARM. Namun pihak kementerian tak menyebutkan di lokasi mana saja rudal-rudal itu berhasil dijatuhkan. Sebelumnya, Ukraina menyatakan senjata yang dipasok Barat akan digunakan melawan Rusia.