REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istighfar adalah lafadz yang sangat mulia. Dengan lafaz tersebut seorang hamba sungguh-sungguh bertobat dan memohon ampunan Allah SWT dari setiap dosa yang dilakukan. Maka dari itu, melafalkan istighfar dalam rangka bertobat serta memohon ampun kepada Allah jangan dianggap remeh atau dijadikan sebagai main-mainin atau bercanda.
Sebagaimana Imam Qurthubi dalam kitab at Tadzkirah menjelaskan bahwa orang-orang yang selalu melakukan perbuatan zalim dan menjadikan tobat sebagai sesuatu yang tidak berarti dan dianggap remeh mereka adalah orang-orang yang mempermainkan ayat-ayat Allah.
Lebih lanjut Imam Qurthubi menukil sebuah riwayat yang menjelaskan makna sesungguhnya dari bertobat menurut Ali bin Abi Thalib:
وروي عن علي رضي الله عنه وقد رأى رجلا قد من صلاته وقال: اللهم إنى أستغفرك وأتوبك إليك سريعا، فقال له: يا هذا إن سريعة اللسان بالاستغفار توبة الكذابين. وتوبتك تحتاج إلى توبه. قال: يا أميرالمؤمنين وما التوبة؟ قال: اسم يقع على ستة معان: على الماضي من الذنوب الندامة، ولتضييع الفرائض الإعادة، ورد المظالم إلى أهلها، وإذابة النفس في الطاعة كما أذابها في المعصية، واذاقه النفس مرارة الطاعة كما أذاقها حلاوة المعصية، والبكاء بدل كل ضحك ضحكته
Diriwayatkan dari Ali Radhiyallahu Anhu. Bahwa dia melihat seorang lelaki telah melaksanakan sholat, dan berdoa: Ya Allah sesungguhnya aku beristighfar (memohon ampun) pada-Mu dan bertobat aku kepada-Mu dengan sesegera. Ali bin Abi Thalib berkata padanya: Wahai Fulan, sesungguhnya lisan bersegera dengan mengucapkan istighfar merupakan tobat orang-orang pendusta.
Dan tobatmu membutuhkan tobat lagi. Lelaki itu bertanya: Wahai Amirul Mukminin, lalu apa itu taubat? Ali bin Abi Thalib menjawab: Tobat adalah suatu kata yang memiliki enam makna: 1) tobat atas dosa-dosa pada masa lalu dengan penyesalan, 2) menyesal karena telah meninggalkan kewajiban-kewajiban, 3) menolak kezaliman, 4) melelehkan jiwa dalam ketaatan sebagaimana larutanya diri (pada masa lalu) dalam kemaksiatan, 5) memaksakan diri merasakan atas getirnya menjalankan ketaatan sebagaimana merasakan manisnya tidak taat, 6) menangis menggantikan banyaknya tertawa atau senda gurau di masa lalu.