REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis ginekologi onkologi Toto Imam Soeparmono mengingatkan salah satu pemicu kanker adalah konsumsi senyawa kimia terus menerus melalui mulut, yang kemudian menimbulkan mutasi di dalam tubuh. Senyawa kimia yang masuk ke dalam darah bisa memicu kanker di sejumlah bagian tubuh, termasuk ovarium pada wanita.
"Dorong perempuan untuk langsung pergi ke dokter, ke tenaga medis, jika tanda ini ada pada Anda, atau perempuan yang Anda cintai," kata dr Toto dalam webinar "Kampanye 10 Jari: Jangan Abai, Segera Deteksi Dini Kanker Ovarium" disimak di Jakarta, Sabtu (27/5/2023).
Wanita usia lanjut
Kebanyakan pasien yang tercatat berada di usia 50 tahun ke atas. Namun, usia muda juga sudah banyak yang terdata memiliki kanker ovarium. Penangan kanker akan mudah ketika terdeteksi semakin dini atau awal, karena belum terjadi perlengketan, atau penyebaran ke mana-mana.
Angka kelahiran yang rendah
Setiap bulan, indung telur mengeluarkan telur pecah. Peristiwa ini disebut ovolasi. Terkadang, proses ovulasi menimbulkan rasa sakit. Kemudian, ovarium yang dindingnya pecah dan berdarah itu akan mengalami proses penyembuhan.
Ketika hamil, maka peristiwa ovulasi tidak terjadi dan ovariumnya istirahat. Tidak ada ovulasi atau perlukaan selama dua tahun ternyata menyelamatkan perempuan dari kanker ovarium.
Dr Toto mengatakan orang dengan jumlah anak sedikit atau perempuan yang tidak punya anak sama sekali lebih berisiko kanker ovarium. Suatu ketika, ada perlukaan yang tidak sembuh, sehingga terjadi mutasi.
"Semakin sedikit anaknya, semakin sedikit dia istirahatnya, apalagi nggak punya anak itu nggak pernah istirahat (ovariumnya)," ujar dr Toto.
Dr Toto mengatakan perempuan yang tidak punya anak atau memilih child free, memiliki bahaya pada ovarium, payudara, dan organ reproduksinya.