REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masa remaja merupakan masa ketika sebagian besar perokok mulai mencoba rokok. Selain karena cenderung meremehkan bahaya merokok dan merasa percaya diri yang berlebihan dengan kesehatan dirinya, mereka juga rentan akan godaan dan tantangan.
Dokter spesialis anak Angga Wirahmadi mengatakan bahwa kelompok remaja kerap menjadi target pemasaran industri rokok. Menurut Angga, psikologis remaja yang mudah tertarik dengan tren dimanfaatkan oleh para produsen rokok untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.
"Remaja itu mudah sekali terpengaruh. Mereka biasanya mulai merokok bisa jadi awalnya karena dorongan teman, termakan iklan, atau bahkan karena meniru orang terdekatnya," kata dr Angga dalam webinar bertajuk "Hari Tanpa Tembakau Sedunia", disimak di Jakarta, Sabtu (27/5/2023).
Untuk akhirnya sampai mencoba rokok, menurut dr Angga, remaja umumnya melalui tiga fase, yaitu persiapan, inisiasi, dan menjadi perokok. Tahap pertama atau persiapan terjadi ketika remaja melihat rokok sebagai aktivitas yang menyenangkan, di mana ini biasanya sangat dipengaruhi oleh media sosial atau bahkan iklan.
Tahap kedua, yakni inisiasi, terjadi saat remaja mulai terdorong untuk mencoba citarasa rokok yang dijanjikan iklan rokok. Selain itu, dorongan dari lingkungan pertemanan juga bisa membuat remaja tak gentar untuk mencoba mengisap rokok.
"Pasa masa itu, remaja biasanya ingin terlihat macho, gaul, dianggap dewasa, terus setia kawan juga. Semua hal itu sangat berpengaruh pada keputusan untuk akhirnya mencoba rokok," kata dr Angga.
Lalu, tahap ketiga atau menjadi perokok, di mana remaja itu sudah rutin mengisap rokok minimal empat batang per hari. Ketika remaja sudah berada di tahap ini, hanya membutuhkan waktu sedikitnya dua tahun untuk menjadi perokok berat.