Ahad 28 May 2023 16:55 WIB

Recep Tayyip Erdogan atau Kemal Kilicdaroglu, Siapa Presiden Turki Berikutnya?

Sejumlah isu jadi sorotan seperti isu pengungsi hingga kebijakan luar negeri

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Recep Tayyip Erdogan dan Kemal Kilicdaroglu bersaing memperebutkan kursi Presiden Turki
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Recep Tayyip Erdogan dan Kemal Kilicdaroglu bersaing memperebutkan kursi Presiden Turki

REPUBLIKA.CO.ID, Pemilihan presiden (pilpres) Turki putaran kedua digelar pada Ahad (28/5/2023). Recep Tayyip Erdogan selaku pejawat dan pemimpin oposisi sekaligus ketua Partai Rakyat Republik (CHP) Kemal Kilicdaroglu bersaing memperebutkan kursi nomor satu di negara Transkontinental tersebut.

Masyarakat Turki mulai mendatangi tempat pemungutan suara (TPS) sejak TPS dibuka pukul 08:00 waktu setempat. Lebih dari 64,1 juta orang, termasuk warga Turki di luar negeri, tercantum dalam daftar pemilih tetap. Di dalam negeri, Turki menyiapkan 191.885 kotak suara. Proses pemungutan suara akan berlangsung hingga pukul 17:00 waktu setempat.

Baca Juga

Ada beberapa isu yang menjadi perhatian dalam pilpres Turki kali ini. Di bidang ekonomi, sejumlah ekonom menilai, kebijakan “tak ortodoks” Erdogan terkait suku bunga rendah di tengah kenaikan harga-harga menjadi pemicu inflasi hingga 85 persen tahun lalu. Kilicdaroglu selaku lawan Erdogan dalam pilpres telah berjanji akan mengembalikan kebijakan ekonomi Turki ke jalur lebih ortodoks dan memulihkan kemandirian bank sentral negara tersebut.

Selain ekonomi, isu pengungsi atau migran juga disorot. Turki telah menjadi negara yang paling banyak menampung pengungsi Suriah. Saat ini jumlahnya diperkirakan mencapai 3,7 juta orang. Di tengah ekonomi yang melemah, sentimen kebencian mulai tumbuh terhadap para pengungsi Suriah dan populasi migran lainnya.

Menyadari adanya sentimen demikian, pada Jumat (26/5/2023), pemerintahan Erdogan mengumumkan bahwa mereka telah memulangkan lebih dari 550 ribu pengungsi Suriah ke wilayah yang sudah bebas teroris. “Kami mengirim kembali 553 ribu imigran ke wilayah yang kami bersihkan dari terorisme,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi NTV.

Cavusoglu mengatakan 240 ribu rumah akan dibangun di Suriah utara, tempat 1 juta pengungsi akan dimukimkan. "Kami ingin mengirim warga Suriah tidak hanya ke tempat-tempat yang aman, tetapi juga ke tempat-tempat yang dikendalikan oleh rezim (Presiden Suriah Bashar al-Assad)," ucapnya.

Sementara itu di sisi lain, Kemal Kilicdaroglu telah mengumumkan bahwa pencalonannya sebagai presiden didukung oleh Wakil Ketua Partai Gerakan Nasionalis (MHP) Umit Ozdag. Ozdag dikenal sebagai tokoh yang memiliki pandangan anti-migran. Langkah Kilicdaroglu menggandeng Ozdag dinilai merupakan strategi untuk menarik lebih banyak pemilih yang sudah memiliki keresahan terhadap migran.

Selain ekonomi dan migran atau pengungsi, isu kebijakan luar negeri juga turut menjadi perhatian. Di bawah pemerintahan Erdogan, Turki sudah melenturkan kekuatan militernya di Timur Tengah. Ankara pun menjalin hubungan lebih erat dengan Rusia. Sementara hubungan dengan Amerika Serikat (AS) serta Uni Eropa menjadi lebih kompleks dan cenderung mengarah pada ketegangan.

Menjelang penyelenggaraan pilpres Turki putaran pertama pada 14 Mei 2023 lalu, Erdogan mengkritik Kemal Kilicdaroglu yang menuduh Rusia berusaha mengintervensi pilpres di negara tersebut. “Apa yang dikatakan juru bicara Kremlin? (Dmitry) Peskov mengatakan: Dia (Kilicdaroglu) berbohong, dia harus menjelaskan, dan dia harus membuktikannya’,” kata Erdogan dalam acara kampanyenya yang digelar di Istanbul 13 Mei 2023 lalu, dikutip laman Anadolu Agency.

Erdogan pun mempertanyakan bukti yang dimiliki Kilicdaroglu terkait tuduhannya terhadap Moskow. “Apakah Anda punya bukti? Tidak! Kemudian, dia mulai bergeser. Dia berkata: 'Kami mendengar seperti itu. Tidak ada bukti tapi (itu) mungkin'. Politik macam apa itu? Bangsa saya tidak akan menyerahkan negara ini kepada Anda," ujar Erdogan.

Erdogan mengatakan, Rusia adalah salah satu sekutu penting Turki di bidang pertanian, industri pertahanan, dan pariwisata. "Dari mana hampir 5,5 juta turis datang kepada kita? Itu berasal dari Rusia. Apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan melakukannya dengan instruksi yang Anda terima dari Amerika? Apakah Anda akan melakukannya berdasarkan instruksi yang Anda dapatkan dari (Presiden AS Joe) Biden?” ucapnya.

"Biden menginstruksikan bahwa 'Kita harus menjatuhkan Erdogan'. Saya tahu ini. Semua orang-orang saya tahu ini. Sekarang, besok, kotak suara akan memberikan jawaban kepada Biden juga," kata Erdogan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement