REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Alat robotik rehabilitasi medik menjadi salah satu terobosan berbasis teknologi di dunia medis. RS Grha Kedoya memperkenalkan dua robotik rehabilitasi medik, Lexo dan Diego untuk membantu rehabilitasi pasien.
Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi RS Grha Kedoya, Ivan Adipurna Chandra menjelaskan Lexo adalah sistem terapi robotik untuk melatih kemampuan berjalan dengan mengandalkan body weight support dan sistem end-effector sehingga kaki bebas bergerak mengikuti pola jalan yang normal. Alat ini bisa digunakan untuk pasien strok, cedera otak, cedera medula spinalis, multipel sklerosis, Parkinson, kelemahan otot karena kurang gerak, motor neuron disease seperti amyotrophic lateral sclerosis (ALS), pascafraktur ekstremitas bawah, pascarekonstruksi ligamen cruciatum.
Keunggulan Lexo, pertama, cara pemindahan pasien ke alat yang inovatif dan tidak terlalu lama, karena alat bisa disesuaikan dengan kondisi tubuh pasien. Kedua, panduan PELVIS PLUS untuk memperbaiki postur tubuh saat berjalan. Ketiga, latihan jalan dapat dilakukan secara pasif atau aktif. Keempat, pengaturan jenis latihan yang dapat disesuaikan dengan kondisi pasien.
Kelima, latihan yang berorientasi tugas. Keenam, hasil latihan jalan yang lebih terukur berdasarkan data komputer. Ketujuh, layar interaktif yang memberi umpan balik kepada pasien sehingga latihan menjadi memiliki tujuan dan menyenangkan.
“Keunggulan alat ini, dokter bisa benar-benar mengukur kondisi kaki pasien tersebut. Bahkan, dokter bisa mengukur langkah, kecepatan langkah, dan lainnya, sehingga segala penilaian dokter terhadap kondisi pasien menjadi lebih akurat,” kata dr Ivan dalam jumpa pers di RS Grha Kedoya, Jakarta Barat.
Dr Ivan mengatakan Lexo memberikan gambaran yang cukup baik, terutama umpan balik dari layar sehingga membuat latihan pada anggota gerak bawah menjadi lebih menyenangkan. Dokter bukan hanya melatih tungkai atau kaki pasien, tetapi juga membantu postur dari pasien.
Sementara itu, Diego merupakan alat rehabilitasi untuk anggota gerak atas berbasis robotik dengan teknologi intelligent gravity compensation (IGC) yang dipadukan dengan sebuah sensor, sehingga dalam penggunaannya pasien akan sangat terfasilitasi dalam lingkungan yang interaktif. “Alat ini untuk mengatur anggota gerak atas, tepatnya sekitar siku dan bahu, yaitu Diego,” ujar dr Ivan.
Alat ini sangat baik sekali untuk pasien dengan strok, cedera otak, cedera medula spinalis, multipel sklerosia, Parkinson, kelemahan otot karena kurang gerak, motor neuron diease seperti amyotrophic lateral sclerosis (ALS). "Bahkan, pasien yang memerlukan latihan gerak sendi di daerah bahu maupun sikunya juga baik sekali menggunakan alat Diego,” kata dr Ivan.