Senin 29 May 2023 13:03 WIB

Saat Turki Jadi Penengah Kesepakatan Gandum Rusia-Ukraina di Bawah Kepemimpinan Erdogan

Turki menengahi perjanjian pada Juli 2022 untuk membantu mengatasi krisis pangan.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Dalam foto selebaran ini yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, kanan, dan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, duduk sebagai Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, kiri atas, dan Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar, kanan atas , bertukar dokumen selama upacara penandatanganan di Istana Dolmabahce di Istanbul, Turki, Jumat, 22 Juli 2022. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Kamis, 18 Agustus 2022 akan menjadi tuan rumah mitra Turki dan kepala PBB untuk pembicaraan tentang implementasi kesepakatan untuk melanjutkan ekspor gandum Ukraina, situasi yang tidak menentu di pembangkit listrik tenaga nuklir yang diduduki Rusia dan upaya diplomatik untuk membantu mengakhiri perang.
Foto: AP/Vadim Savitsky/Russian Defense Ministry Pr
Dalam foto selebaran ini yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, kanan, dan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, duduk sebagai Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, kiri atas, dan Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar, kanan atas , bertukar dokumen selama upacara penandatanganan di Istana Dolmabahce di Istanbul, Turki, Jumat, 22 Juli 2022. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Kamis, 18 Agustus 2022 akan menjadi tuan rumah mitra Turki dan kepala PBB untuk pembicaraan tentang implementasi kesepakatan untuk melanjutkan ekspor gandum Ukraina, situasi yang tidak menentu di pembangkit listrik tenaga nuklir yang diduduki Rusia dan upaya diplomatik untuk membantu mengakhiri perang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Recep Tayip Erdogan kembali terpilih menjadi Presiden Turki pada putaran kedua pemilu presiden 28 Mei 2023. Di bawah kekuasannya, Turki pernah menjadi penengah kesepakatan gandum Rusia-Ukraina.

Saat itu kesepakatan gandum hampir berakhir pada 18 Mei dan akan diperpanjang selama 60 hari. Saat itu, Rusia ada kemungkinan setuju memperpanjang namun untuk terakhir kalinya.

Baca Juga

Pembicaraan dua hari di Istanbul kala itu berakhir tanpa persetujuan Rusia tentang perpanjangan. Amerika Serikat dan Turki menengahi perjanjian pada Juli tahun lalu untuk membantu mengatasi krisis pangan global yang diperburuk oleh perang Moskow di Ukraina.

Pada saat yang sama, PBB setuju untuk membantu Moskow memfasilitasi pengiriman pertaniannya sendiri. Bahkan saat itu, jika diperlukan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dengan Erdogan dalam waktu singkat mengenai perpanjangan kesepakatan.

Anggota parlemen Ukraina Rustem Umerov sebeluknya pada Juli 2022 ekspor gandum Ukraina yang sempat terhambat oleh invasi Rusia akan dibuka lagi. Ekspor gandum tersebyt dikirim dari tiga pelabuhan Ukraina di Laut Hitam.

Ekspor dilakukan melalui tiga pelabuhan Odessa, Pivdennyi, dan Chornomorsk. Meskipun begitu, Ukraina saat itu berharap bisa memperluas titik pengiriman ekspor gandum tersebut.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement