REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina berencana mengirim astronot ke bulan sebelum 2030. Pengumuman ini menandakan perlombaan eksplorasi luar angkasa semakin cepat. Sementara Amerika Serikat (AS) ingin mengirimkan kembali astronotnya ke permukaan bulan pada akhir 2025.
Deputi Direktur Badan Luar Angkasa Cina Lin Xiqiang mengkonfirmasi tujuan Cina itu dalam konferensi pers, Senin (29/5/2023). Tapi ia tidak mengungkapkan tanggal spesifiknya.
Lin juga mengatakan Cina berencana memperluas stasiun luar angkasa yang terbang diorbit dengan modul tambahan. Tiga orang kru baru dijadwalkan terbang dengan pesawat Shenzhou 16 menuju stasiun luar angkasa Tiangong dan berada di stasiun itu bersama tiga orang astronot lainnya yang sudah ada di sana.
Awak kru baru termasuk satu orang warga sipil pertama yang ikut misi antariksa Cina. Sebelumnya semua awak stasiun luar angkasa merupakan anggota Tentara Pembebas Rakyat (PLA), sayap militer Partai Komunis.
Profesor astronomi Gui Haichao bergabung dengan komandan misi Jing Haipeng dan teknisi pesawat luar angkasa Zhu Yang Zhu sebagai pakar muatan. Cina menyelesaikan pembangunan stasiun luar angkasa Tiangong pada bulan November lalu dengan modul ketuga, modul tempat tinggal Tianhe dan modul komando.
Misi antariksa berawak Cina pertama dilakukan pada tahun 2003. Misi itu menjadikan Cina negara ketiga setela Uni Soviet dan Amerika Serikat (AS) yang mengirimkan manusia ke luar angkasa. Cina membangun sendiri stasiun luar angkasanya setelah diusir dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Sebagian besar karena AS keberatan eratnya hubungan program luar angkasa Cina dengan PLA. Saat luar angkasa menjadi ruang persaingan baru antara Cina dan AS, dua perekonomian terbesar di dunia dan rival dalam memperebutkan pengaruh diplomasi dan militer.
Program luar angkasa AS, NASA akan mengirim astronot ke bulan pada akhir 2025. Para astronot itu akan menuju kutub selatan bulan dimana kawah yang tertutup permanen diyakini penuh dengan air beku.
Kedua negara juga sedang mempertimbangkan untuk mendirikan pangkalan berawak di bulan. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang hak dan kepentingan permukaan bulan. Undang-undang AS sangat membatasi kerja sama program luar angkasa sementara Cina mengatakan menyambut baik kolaborasi dengan negara lain, meski terbatas pada penelitian ilmiah.
Selain program mereka di bulan, AS dan Cina juga sudah mendaratkan rover ke Mars. Beijing juga berencana mengikuti langkah AS mendaratkan pesawat antariksa di sebuah asteroid.