Senin 29 May 2023 16:47 WIB

Inflasi Meroket dan Lira Anjlok, Kenapa Erdogan Tetap Menang Pemilu?

Meski inflasi meroket 80 persen, Erdogan tetap bisa mencuri hari para rakyat Turki.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Erdogan berhasil memenangkan pemilihan umum presiden Turki.
Foto: AP Photo/Ali Unal
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Erdogan berhasil memenangkan pemilihan umum presiden Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Recep Tayyip Erdogan berhasil memenangkan pemilihan umum presiden Turki. Erdogan mengalahkan pemimpin oposisi Kemal Kilicdaroglu pada pemungutan suara putaran kedua pada Ahad (28/5/2023). Dengan 99,43 persen suara telah dihitung, hasil pemungutan suara awal yang diumumkan oleh Dewan Pemilu Turki (YSK) menunjukkan Erdogan menang 52,14 persen sementara lawannya hanya 47,86 persen. 

Erdogan telah menjadi pemimpin Turki selama 20 tahun. Beberapa kali Erdogan diguncang oleh krisis politik seperti demo besar, tuduhan korupsi, kudeta militer, dan gelombang pengungsi dari Suriah. Belakangan ini, masyarakat Turki juga mengalami tekanan ekonomi akibat inflasi yang meroket serta sebagian masyarakat juga sedang dalam pemulihan akibat gempa besar pada Februari lalu. Meski diterpa badai seperti itu, Erdogan tetap bisa mencuri hati para rakyat Turki dan memenangi pemilu.

Baca Juga

 

Apa yang membuat Erdogan tetap menang pemilu?

 

Dikutip dari AP, tokoh berusia 69 tahun itu berhasil mendapatkan loyalitas yang dalam dari kelompok konservatif dan religius. Erdogan kerap menonjolkan nilai-nilai Islam di negara yang mengusung sekularisme tersebut. Tak hanya itu, Erdogan juga berhasil menunjukkan kekuatan Turki di panggung dunia dengan menjadi penengah antara Timur dan Barat.

Rakyat Turki dinilai lebih memilih stabilitas di masa-masa sulit saat ini. "Pemilih tidak memiliki kepercayaan terhadap oposisi untuk memperbaiki banyak hal," ungkap analis dari Middle East Institute Gonul Tol. 

Lawan Erdogan, Kilicdaroglu adalah seorang ekonom dan mantan anggota parlemen. Dia berjanji akan merombak kebijakan ekonomi Erdogan yang telah memicu inflasi tinggi. Akan tetapi, hal ini tak bisa menembus pendukung Erdogan.

"Lihat bagaimana pencapaian negara kami dalam 20 tahun terakhir. (Oposisi) justru akan membawa kami kembali ke 50-60 tahun yang lalu," ungkap Bekir Ozcelik, seorang penjaga keamanan di Ankara. 

Menurut Ozcelik, tak ada pemimpin lain yang bisa mengimbangi Erdogan. Hal ini turut menegaskan, keberhasilan Erdogan dalam menunjukkan kapasitas Turki sebagai pemain besar dalam tatanan geopolitik. 

Salah satu tantangan besar yang dihadapi Erdogan adalah perekonomian. Metode ekonominya dalam menggeber belanja pemerintah sekaligus menurunkan tingkat suku bunga telah membuat tingkat inflasi meroket tajam. 

Inflasi tahunan Turki pada April 2023 memang sudah melandai menjadi "hanya" 43,68 persen (yoy). Kebijakan tak biasa yang diterapkan Erdogan memacu krisis lira pada akhir 2021 dan membuat inflasi sempat menembus 85,51 persen pada tahun lalu. 

Untuk menjaga daya beli masyarakat, Erdogan meningkatkan gaji pegawai sektor publik, meningkatkan uang pensiun, dan mengizinkan jutaan orang mengajukan pensiun dini. Dia juga memberikan subsidi listrik dan gas serta penghapusan sejumlah kredit perumahan. 

Hal ini turut membuat masyarakat Turki tak mau meninggalkan Erdogan. Mustafa Ozturk, salah seorang warga, mengaku standar hidupnya kini harus diturunkan akibat inflasi. Akan tetapi, menurut dia, hal ini tidak hanya dirasakan di Turki tapi negara lain di dunia sebagai efek pascapandemi. 

"Ini bukan salah Erdogan," ungkapnya. 

sumber : AP/Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement