REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengungkapkan bahwa dalam tiga tahun terakhir transaksi repo di pasar uang Indonesia telah meningkat. Dia menuturkan, transaksi repo secara konsisten terus berada dalam tren peningkatan.
"Nilai transaksi pasar uang pada 2023 mencapai Rp 11,4 triliun per hari," kata Destry dalam acara simbolis perjanjian induk repo antar bank atau kontrak Global Master Repo Agreement (GMRA), Senin (29/6/2023).
Destry menuturkan, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan 2020 dan 2021 sebesar Rp 0,5 triliun dan Rp 4,4 triliun. Dia mengharapkan, pasar uang menjadi lebih aman melalui transaksi repo yang perlu didahului penandatanganan GMRA.
Dia menjelaskan, seluruh upaya tersebut tidak dapat dilakukan dari sisi regulator saja. Destry mengatakan dibutuhkan sinergi antar regulator, instansi, dan pelaku pasar. Ia menyebut, terdapat tiga urgensi pengembangan repo. Pertama yakmk transaksi repo sebagai sumber pembiayaan ekonomi nasional.
Lalu kedua perlunya implementasi primary dealers operasi pasar terbuka dan ketiga, hal itu dilakukan untuk menjalankan mandat UU P2SK terkait kewenangan BI dalam pasar uang maupun valas serta dukungan untuk penguatan pasar keuangan termasuk repo.
Dia menambahkan, transaksi repo selama ini didominasi beberapa bank BUMN dan menyusul bank swasta nasional derta Bank Pembangunan Daerah. Destry mengharapkan nantinya juga akan berkembang pada bank lainnya.
Destry menjelaskan, pengembangan pasar uang merupakan salah satu fokus utama dalam bauran kebijakan Bank Indonesia. Melalui terciptanya pasar uang modern dan maju, dia menegaskan, pertumbuhan dapat terakselerasi dengan semakin banyak dan masifnya ketersediaan alternatif pembiayaan untuk pembangunan dan usaha strategis.