Selasa 30 May 2023 08:01 WIB

Kilicdaroglu Gagal Kalahkan Erdogan karena Strategi yang Buruk

Kemal Kilicdaroglu gagal memanfaatkan momen untuk mengalahkan Erdogan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Turkish presidential candidate Kemal Kilicdaroglu, leader of the opposition Republican People
Foto: EPA-EFE/SEDAT SUNA
Turkish presidential candidate Kemal Kilicdaroglu, leader of the opposition Republican People

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Kemal Kilicdaroglu gagal memanfaatkan momen untuk mengalahkan pejawat Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam pemilu Turki di putaran kedua pada akhir pekan. Tugas pemimpin koalisi enam partai oposisi ini pun belum berakhir karena berhadapan dengan pemungutan suara lokal pada Maret 2024.

Menurut beberapa anggota partai, analis dan pemilih, Kilicdaroglu perlu segera kembali fokus untuk mempertahankan kendali atas kota-kota besar Turki dalam pemilihan kota. Namun setelah kekalahannya dari Erdogan banyak anggota dan pendukung oposisi merasa frustasi, mencari kekuatan, dan mempertimbangkan perubahan kepemimpinan.

Baca Juga

"Itu bukan hasil yang mengejutkan karena oposisi tidak berubah selama 20 tahun menghadapi pemerintahan yang sama. Saya merasa sedih dan kecewa, tetapi saya tidak putus asa," kata Bugra Oztug yang memilih Kilicdaroglu di Istanbul.

Republican People's Party (CHP) yang dipimpin oleh Kilicdaroglu mengadakan diskusi internal untuk membahasnya di Ankara pada pekan ini. Aliansi oposisi enam partai yang lebih luas bersidang setelah hasil pemilu diumumkan pada Ahad (28/5/2023). Mantan pegawai negeri itu mendapat dukungan 47,8 persen dalam pemilihan putaran kedua.

Mantan wakil ketua kelompok parlemen CHP Akif Hamzacebi mengatakan, partainya dan Kilicdaroglu sangat tidak berhasil karena strategi yang buruk. Dia menyatakan,diperlukan evaluasi ulang yang komprehensif.

"Jika tindakan yang diperlukan tidak diambil, masa depan akan lebih buruk dari hari ini," kata Hamzacebi di Twitter.

Analis di GlobalSource Partners Atilla Yesilada, tidak mengetahui keputusan CHP dan Partai IYI yang merupakan oposisi kedua terbesar dapat mentoleransi kepemimpinan Kilicdaroglu. Sedangkan profesor hubungan internasional di Okan University Zeynep Alemdar mengatakan, Kilicdaroglu berusaha untuk menjadi pemimpin kolaboratif tetapi sekutunya hanya memberikan sedikit kontribusi untuk kesuksesannya.

"Tampaknya tidak ada dari mereka yang meningkatkan jumlah suara mereka, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk Kilicdaroglu," kata Alemdar.

Analis mengatakan Kilicdaroglu sekarang akan berusaha untuk menjaga persatuan yang berat ini, termasuk dukungan People's Democratic Party (HDP). Mereka perlu mempertahankan kota-kota pada Maret tahun depan.

Dalam pemilihan kota terakhir pada 2019, kandidat CHP yang didukung oleh aliansi tersebut mengejutkan Partai AK (AKP) Erdogan. Mereka berhasil memenangkan pemilihan walikota di Istanbul, Ankara, Antalya, dan Adana.

Walikota Istanbul Ekrem Imamoglu dari CHP mengatakan pada Senin (29/5/2023), bahwa perjuangan dimulai lagi. "Kami tidak akan lagi mengharapkan hasil yang berbeda dengan melakukan hal yang sama. Mulai sekarang, kami akan terus berjuang untuk memenangkan semua hati," kata Imamoglu dalam video tersebut.

Perdebatan internal di dalam partai pendiri Turki modern Mustafa Kemal Ataturk kemungkinan besar akan terjadi menjelang kongres partai yang dijadwalkan pada musim panas ini. Profesor ilmu politik di Universitas Bilgi University Emre Erdogan mengatakan, kekalahan oposisi dalam pemilihan membuat lebih sulit untuk membentuk aliansi besar.

Tapi, Emre mengingatkan, aliansi tetap diperlukan untuk sukses dalam pemilihan lokal pada Maret 2024. "Jika oposisi tidak bisa bersatu lagi, kemenangan 2019 bisa dibalik dan kubu oposisi bisa kehilangan Istanbul bahkan Ankara," katanya.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement