REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Presiden Recep Tayyip Erdogan bertemu mantan menteri keuangan Mehmet Simsek, Senin (29/5/2023). Dua sumber mengungkapkan pertemuan tersebut. Ini memberi sinyal realisasi perombakan tim ekonomi Erdogan.
Menjelang pilpres kemarin, Erdogan menyinggung kemungkinan terjadinya perombakan tim ekonomi. Ia sempat menyatakan Simsek, yang dikenal oleh para investor internasional, bisa saja kembali ke pemerintahan untuk menyusun kebijakan-kebijakan ekonomi.
Namun kedua sumber tak mengeybutkan soal isi pertemuan Erdogan dengan Simsek. Saat ini, Turki mengalami krisis ekonomi. Inflasi dan biaya hidup tinggi, nilai mata uang lira rendah. Rekonstruksi pascagempa juga menjadi persoalan yang mesti dihadapi.
Baca juga : Kemenangan Erdogan di Pemilu Turki, Bertepatan dengan Pembebasan Konstantinopel?
Juru bicara presiden, Ibrahim Kalin mengindikasikan pula kembalinya Simsek ke kabinet Erdogan. ’’Mantan menteri keuangan Mehmet Simsek akan terus berkontribusi pada kebijakan-kebijakan ekonomi negara,’’ katanya seperti dikutip Hurriyet, Senin (29/5/2023).
Susunan kabinet, lanjut dia, akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang. Sosok muda dan dinamis ia nyatakan bakal dimasukkan dalam kabinet Erdogan dengan untuk merespons tantangan dan generasi saat ini.
‘’Sebelumnya, Presidem Erdogan menyampaikan keinginannya untuk membangun kabinet yang memiliki kemampuan bagus dan dinamis. Tujuannya, merespons aspirasi generasi Turki sekarang ini,’’ kata Kalin menegaskan.
Mata uang Turki, lira, merosot ke rekor terendah baru terhadap dolar AS seusai pengumuman kemenangan Presiden pejawat Recep Tayyip Erdogan pada Ahad (28/5/2023). Mata uang melayang di atas 20,00 hingga ambang dolar saat perdagangan berlangsung, tidak jauh dari rekor terendah 20,06 yang dicapai pada 26 Mei 2023.
Baca juga : Trump: Erdogan Layak Menang
Lira rentan terhadap ayunan tajam sebelum jam perdagangan reguler telah melemah lebih dari enam sejak awal tahun. Mata uang itu kehilangan lebih dari 90 persen nilainya selama dekade terakhir.
Ekonomi negara tersebut dalam cengkeraman siklus boom and bust yang menyerang inflasi dan krisis mata uang.
Sejak krisis 2021, pihak berwenang telah mengambil peran yang semakin aktif di pasar valuta asing dengan pergerakan harian menjadi sangat kecil dan sebagian besar mencatat pelemahan. Sementara, cadangan forex dan emas menyusut.
"Pengaturan saat ini tidak berkelanjutan. Dengan cadangan devisa yang terbatas dan suku bunga riil yang sangat negatif, tekanan pada lira sangat berat," ujar Tim Ash dari BlueBay Asset Management.
Baca juga : Negara-Negara Balkan Sambut Kemenangan Erdogan