REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa saham negara teluk bergejolak pada Senin (29/5/2203) kemarin akibat perkembangan batas utang pemerintah AS yang telah mencapai kesepakatan. Hal itu memicu kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga bank sentral AS Federal Reserve.
Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy membuat kesepakatan pada akhir pekan untuk menangguhkan plafon utang 31,4 triliun dolar AS. Hal tersebut diiringi dengan pembatasan pengeluaran pemerintah AS selama dua tahun.
Biden dan McCarthy menyatakan keyakinannya bahwa anggota partai Demokrat dan Republik akan memberikan suara untuk mendukung kesepakatan tersebut. Indeks saham utama Dubai pun naik tipis 0,1 persen didukung oleh kenaikan 1,2 persen saham Dubai Islamic Bank.
Di Abu Dhabi, indeks turun 0,4 persen. Bursa Abu Dhabi tetap dalam tren turun karena investor berhati-hati. Analis pasar senior di XTB MENA Farah Mourad mengatakan penurunan indeks juga dipengaruhi oleh pasar energi yang berada di bawah tekanan.
"Pasar dapat melihat beberapa dukungan berkat keberhasilan penawaran umum perdana ADNOC Logistics. Pada saat yang sama, perusahaan seperti DANA Gas dapat menarik lebih banyak investor asing karena mereka membuka modal untuk kepemilikan asing lebih jauh," kata Mourad dilansir Reuters.
Indeks Arab Saudi ditutup datar karena kenaikan di sektor keuangan diimbangi oleh kerugian di saham perawatan kesehatan. Saham United Electronics naik 3,4 persen setelah mencuatnya rencana penawaran umum perdana dari bisnis keuangan Islami, Tasheel Finance.
Sementara saham raksasa minyak Saudi Aramco turun 0,6 persen. Harga minyak mentah tergelincir karena kekhawatiran ekonomi atas kenaikan suku bunga lebih lanjut mengalahkan kesepakatan plafon utang AS.
Di luar Teluk, indeks blue-chip Mesir naik 0,5 persen, dengan saham perusahaan tembakau East Company melonjak 2,7 persen.