Selasa 30 May 2023 19:59 WIB

Haedar Nashir Dukung Pendidikan Islami Pemikiran UAH

UAH meraih gelar doktor honoris causa dari UNJ.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
 Haedar Nashir Dukung Pendidikan Islami Pemikiran UAH. Foto:  Tangkapan layar penganugerahan gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) kepada Ustaz Adi Hidayat, Selasa (30/5/2023)
Foto: Tangkapan layar
Haedar Nashir Dukung Pendidikan Islami Pemikiran UAH. Foto: Tangkapan layar penganugerahan gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) kepada Ustaz Adi Hidayat, Selasa (30/5/2023)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menyampaikan selamat atas penganugerahan gelar doctor honoris causa yang diberikan kepada Ustaz Adi Hidayat (UAH). Ia pun menyebut sangat mendukung apa yang menjadi pemikiran UAH dalam hal pendidikan Islami.

"Atas nama PP Muhammadiyah, saya menyampaikan selamat atas penganugerahan doctor honoris causa untuk Ustaz Adi Hidayat. Selamat juga bagi UMJ yang berhasil menghasilkan tambahan doktornya," kata dia dalam kegiatan Penganugerahan Gelar Doktor HC Ustadz Adi Hidayat, Lc., M.A., Selasa (30/5/2023).

Baca Juga

Sampai akhir Desember 2022 di seluruh perguruan tinggi Muhamamdiyah tercatat ada 21.021 dosen, 2.889 doktor, dan 241 guru besar. Hari ini Muhamamdiyah mendapatkan tambahan satu orang lain yang nilainya disebut sudah luar biasa.

Ia pun menyinggung perihal promotor yang dalam berbagai konsiderannya mengeluarkan kata-kata luar biasa, dalam beberapa persyaratan atas gelar yang diterima UAH. Haedar Nashir pun meyakini jika penerima doktor HC ini memang sosok kader Muhamamdiyah yang luar biasa dalam berbagai aspek.

"Ini satu anugerah dari Allah SWT yang patut disyukuri. Kami percaya, setelah UAH memperoleh penghargaan yang tinggi ini akan semakin tinggi ilmunya, makin tawadhu, dan pengkhidmatannya yang luar biasa untuk persyarikatan, umat, bangsa dan kemanusiaan global," kata dia.

Baca di Sini: https://umj.ac.id/

Prof Haedar Nashir pun menyebut saat ini UAH diberi kepercayaan di PP Muhammadiyah sebagai wakil Majelis Tabligh, khusus untuk relasi global. Harapannya, pemikiran-pemikiran dan rintisannya dalam pendidikan Islam yang transformatif dan mengimplementasikan pendidikan Islam pada era Nabi dan era kejayaan Islam itu dapat ditularkan, disebarluaskan, bahkan terintegrasi dalam pengembangan pendidikan Muhammadiyah dan institusi-institusi Islam lainnya di Indonesia.

Bagi lembaga pendidikan Islam dan lembaga dakwah Islam di Tanah Air, ia menyebut, ada tantangan yang tidak sederhana, yaitu bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai dan kurikulum yang ada dalam praktik sebenarnya. Muhammadiyah telah mulai hal ini, dalam proses perjalanan satu abad lebih melalui lembaga pendidikan pertama, yaitu pendidikan Dirasah Islamiyah pada 1 Desember 1911 yang kemudian menjadi embrio dari Muhammadiyah.

"Bagaimana kita bisa menghasilkan lulusan-lulusan pendidikan Islam yang punya kemampuan holistik antara intelektual, spiritual, iman, ilmu, dan amal yang menghasilkan adab dan keadaban Islam, bahkan peradaban Islam yang khairu ummah," lanjut ketum PP Muhammadiyah ini.

Saat ini, manusia berada dalam realitas budaya dan ekosistem yang sering berbenturan dengan nilai-nilai Islam sebagaimana yang dinormatifkan dan idealisasikan. Bahkan, tantangan besar lain yang harus dihadapi adalah pola perilaku yang membudaya, seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan perilaku dusta, baik bersifat personal maupun kolektif dan sistematif, yang dilakukan oleh mereka yang bergama Islam.

"Ini artinya ada kesenjangan transformasi antara value, nilai-nilai utama, dengan realitas kehidupan yang selalu penuh dengan pesona. Saya yakin ini tugas pendidik dan lembaga pendidikan Islam," ujar dia.

Terakhir, ia merasa yakin UAH akan semakin diperlukan pemikiran dan pengkhibatannya, baik di Muhammadiyah maupun lembaga pendidikan Islam lainnya, untuk mengatasi tantangan tersebut. Ia juga menilai ini adalah titik untuk menyambung mata rantai kepentingan pendidikan Islam transformatif yang holistik, modern, dan berkemajuan di tengah kehidupan dan ekosistem yang tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai islam.

Pemikiran alternatif disebut selalu bisa dihadirkan untuk melampaui pergelaran modern. Pemikiran ini menjelma sebagai Islam yang perberadaban modern, perberadaban kemajuan, jauh lebih unggul dan melampaui zaman atau era peradaban Barat, bahkan merebut dan menghasilkan peradaban baru pada masa mendatang.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement