REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Penguatan Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Affandi Lukman mengungkapkan Indonesia memiliki total luasan lahan petani sawit sebesar 6,9 juta hektare. Rizal menegaskan, saat ini Indonesia membutuhkan peremajaan sawit rakyat (PSR) atau replanting.
“Dibutuhkan implementasi replanting sekitar 310 ribu hektare per tahun,” kata Rizal dalam webinar Palm Oil Financing Forum, Selasa (30/5/2023).
Rizal menilai hal tersebut menjadi tantangan bersama untuk merealisasikannya. Dia menuturkan, meskipun PSR terbukti mampu meningkatkan penghasilan petani namun perlu tetap bekerja keras untuk meningkatkan implementasi dan pencapaian PSR.
“Dari sekitar 6,9 juta hektare kebun sawit rakyat di Indonesia, setidaknya terdapat 2,8 juta hektare luasan sawit rakyat yang potensial untuk diremajakan,” ujar Rizal.
Hingga 2022, Rizal mengungkapkan, luas penanaman program PSR baru mencapai 273 ribu hektare. Angka tersebut baru 10 persen untuk 120.168 perkebunan dengan dana yang telah dialokasikan Rp 7,5 triliun tersebar di 21 provinsi di Indonesia.
Dia menegaskan, dalam waktu kurang dari dua tahun ke depan, Indonesia harus bekerja keras dalam mencapai target PSR tersebut. “Ini sebagai bagian dari upaya untuk meremajakan tanaman sawit di Tanah Air dan terus menjaga dan meningkatkan kesejahteraan dari petani kecil,” jelas Rizal.
Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) sebagai dewan negara-negara penghasil kelapa sawit mencatat dengan berpedoman kepada umur tanaman kelapa sawit 25 tahun, dibutuhkan laju replanting atau PSR sebesar 4-5 persen per tahun dari total lahan yang ditanami kelapa sawit. Rizal menyampaikan, hal itu untuk menjaga hasil panen yang optimal.
Dia menegaskan, PSR merupakan program pemerintah dalam rangka meningkatkan produktivitas hasil kebun petani kecil. “Yang pada gilirannya nanti diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup para petani,” tutur Rizal.