REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Para pemimpin komunitas Palestina di Israel mendirikan tenda protes di depan gedung-gedung pemerintah di Yerusalem Barat, Senin (29/5/2023), untuk menekan pihak berwenang mengatasi gelombang kejahatan kriminal yang meningkat.
Protes akan berlangsung selama tiga hari dan dilakukan ketika puluhan warga Palestina di Israel tewas dalam serangkaian kejahatan pada tahun ini. Muhammad Barakeh, mantan anggota Knesset dan pemimpin komite tindak lanjut Arab di Israel mengatakan serangkaian tindakan segera direncanakan untuk menekan Israel.
Hal itu mengatasi kejahatan dalam komunitas Palestina, yang merupakan lebih dari 20 persen populasi Israel. Dilansir The New Arab, Selasa (30/5/2023), tahun ini menjadi salah satu yang paling mematikan bagi warga Palestina-Israel.
Pasalnya, 76 warga Arab, termasuk enam wanita dan dua anak, telah tewas dalam insiden terkait kejahatan tahun ini. Namun pasukan keamanan Israel mengabaikan kriminalitas terkait massa di komunitas Palestina, kata para kritikus.
Menurut Aman Center, sebuah kelompok masyarakat sipil yang bekerja untuk mengurangi kekerasan di komunitas Palestina dalam batas tahun 1948, tercatat 128 warga sipil Arab terbunuh pada tahun 2021 karena kejahatan kekerasan. Kelompok itu mencatat 113 pembunuhan serupa pada 2020, 96 pada 2019, dan 67 pada 2018.
Kekerasan itu terjadi di antaranya karena kehadiran polisi yang tidak memadai di komunitas-komunitas tersebut. Juga karena buruknya kemiskinan, pengangguran dan penyediaan layanan dasar.
Para kritikus menuduh dinas keamanan Israel tidak berbuat cukup untuk memerangi kejahatan terorganisir dan bahkan terlibat. Barakeh mengatakan, pemerintah Israel mendapat keuntungan dengan menyebarkan kekhawatiran di tengah masyarakat Palestina di Israel.
"Penyebaran kejahatan membuat kita masing-masing takut akan keamanan pribadi dan mengabaikan masalah seperti tanah, perumahan, Al-Aqsa dan pendudukan. Pada saat yang sama, geng kriminal dilindungi oleh dinas intelijen," katanya.
Mantan anggota Knesset, Usama Saadi menuding semua pemerintah Israel dan cabang keamanan tidak melakukan tugasnya. Menurutnya, banyak penjahat memiliki kekebalan karena mereka juga bekerja dengan polisi.
"Padahal polisi Israel bisa melawan kejahatan. Mereka telah membuktikannya ketika membongkar kejahatan terorganisir dalam masyarakat Yahudi di Nahariya, Netanya dan Tel Aviv," tambah Saadi.
Demonstrasi besar juga sedang direncanakan di Tel Aviv, dan para pengunjuk rasa juga mengatakan mereka akan menghubungi diplomat asing di Israel untuk terlibat dalam masalah tersebut.
Baru-baru ini, Mayor Jenderal Sigal Bar-Zvi, kepala divisi operasi Polisi Israel, membunyikan alarm karena meningkatnya pembunuhan di masyarakat. Kekerasan mematikan telah merusak komunitas Palestina di Israel selama beberapa dekade.
Sekitar 1.800 warga Palestina di Israel telah terbunuh sejak tahun 2000 dalam insiden terkait kejahatan, sementara 150 orang terbunuh antara tahun 1980 dan 2000, menurut pengamat.
Sekitar 80 persen warga Palestina di Israel khawatir tentang kekerasan yang ditunjukkan oleh sebuah studi tahun 2019. Studi yang sama menemukan bahwa antara 2014 dan 2018, pembunuhan di komunitas Palestina menyumbang lebih dari setengah dari keseluruhan pembunuhan di Israel.