Rabu 31 May 2023 05:57 WIB

Peluncuran Satelit Korut Picu Alarm Peringatan Korsel-Jepang

Korut akan meluncurkan satelit pengintaian militer pertamanya antara 31 Mei-11 Juni.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi bendera Korea Utara (Korut). Korea Utara (Korut) meluncurkan satelit luar angkasa ke arah selatan pada Rabu (31/5/2023). Kegiatan tersebut memicu peringatan darurat dan peringatan evakuasi singkat di beberapa bagian Korea Selatan (Korsel) dan Jepang.
Foto: AP Photo/Cha Song Ho
Ilustrasi bendera Korea Utara (Korut). Korea Utara (Korut) meluncurkan satelit luar angkasa ke arah selatan pada Rabu (31/5/2023). Kegiatan tersebut memicu peringatan darurat dan peringatan evakuasi singkat di beberapa bagian Korea Selatan (Korsel) dan Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG  -- Korea Utara (Korut) meluncurkan satelit luar angkasa ke arah selatan pada Rabu (31/5/2023). Kegiatan tersebut memicu peringatan darurat dan peringatan evakuasi singkat di beberapa bagian Korea Selatan (Korsel) dan Jepang.

Sirene serangan udara meraung-raung di ibu kota Korsel, Seoul sekitar pukul 06:32 waktu setempat. Pemerintah kota mengeluarkan peringatan yang meminta warga mempersiapkan kemungkinan evakuasi. Peringatan selanjutnya mengatakan, bahwa peringatan kota telah dikirim secara tidak sengaja.

Baca Juga

Selain itu, pemerintah Jepang mengeluarkan peringatan darurat atas sistem penyiaran J-Alert untuk penduduk prefektur selatan Okinawa pada Rabu pagi. Pemerintah memperingatkan warga untuk berlindung di dalam ruangan jika mereka berada di luar. Belakangan dikatakan rudal itu tidak akan terbang ke wilayah Jepang dan mencabut peringatan itu.

Sebelum peluncuran itu, Pyongyang mengumumkan akan meluncurkan satelit pengintaian militer pertamanya antara 31 Mei hingga 11 Juni. Proyek ini untuk meningkatkan pemantauan kegiatan Amerika Serikat (AS).

Dalam data yang diberikan kepada otoritas internasional, Korut mengatakan, peluncuran itu akan membawa roket ke selatan. Roket ini terdiri dari  berbagai tahapan dan puing-puing lainnya diperkirakan akan jatuh di atas Laut Kuning dan ke Samudera Pasifik.

Wakil Ketua Komisi Militer Pusat Partai Buruh yang berkuasa di Korut Ri Pyong-chol sehari sebelumnya mengatakan, latihan militer bersama yang sedang berlangsung oleh AS dan Korsel membuat Korut perlu melakukan kegiatan tersebut. Tindakan Washington dan Seoul yang terus meningkat mengharuskan Pyongyang untuk memiliki sarana yang mampu mengumpulkan informasi tentang tindakan militer negara tersebut musuh secara real time

Sebelum peluncuran itu juga, Departemen Luar Negeri AS mengatakan, setiap peluncuran Korut yang menggunakan teknologi rudal balistik akan melanggar berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB. “Kendaraan peluncuran ruang angkasa (SLV) menggabungkan teknologi yang identik dengan, dan dapat dipertukarkan dengan, yang digunakan dalam rudal balistik, termasuk rudal balistik antarbenua,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement